Kudus, Berita Moeria
(Bemo) – Afif Ariyanto, terbilang sukses bergelut di bidang hidroponik. Sebab usahanya baru dirintis
per 20 Juni 2020. Atau selama dua tahun kurang 11 hari. Tapi sudah lumayan mapan dalam penguasaan
hidroponik, hingga pasar yang menampung
hasil produksinya.
Kini ia memiliki “lahan” khusus
berukuran 10 x10 meter, yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 50 juta. Dan sebagian besar telah “ditanami” sekitar 3.000
pohon selada, yang mampu dipanen setiap hari.
Setiap 5-6 pohon/tumbuhan menghasilkan satu kilogram ( per ikat) dalam
tempo (umur) sekitar satu bulan dan dijual kepada pelanggannya dengan harga Rp
25.000/ikat/kilogram.
Belum termasuk tanaman selada,
tanaman hidroponik lainnya, serta aneka macam bunga, bahan baku, pupuk dan sebagainya yang berada di seputar
rumahnya. Rumah itu agak jauh dari jalan raya. Berada di belakang pabrik rokok
kelas kecil,tapi dengan mudah bisa “diakses”.
Bahkan pria yang baru berumur 33
tahun ini, juga sudah mulai merambah ke bidang usaha tanaman hias. Juga tidak
pelit dalam membagi kiat kiat suksesnya kepada siapapun yang mau mengikuti
jejaknya. Saya juga berhasil
“mengalahkan” bapak saya yang menekuni bidang pertanian sejak saya masih
bocah.” ujarnya saat ditemui Bemo, di
rumahnya Desa Cendono Kecamatan Dawe (Kudus).
Mengalahkan dalam pengertian, dari
sisi waktu di bidang pertanian, yang
rata rata baru bisa panen dalam kurun waktu tiga bulan. Seperti menanam padi
dan jagung. Bahkan untuk ketela pohon setahun sekali. Sedang budidaya hidroponik setiap hari panen. Nyaris tidak pernah
terserang hama. Bila terjadi cuaca ekstrim baru terkena imbasnya. Itupun tidak
seluruhnya tanaman mati.Hasil panennya juga lebih banyak. Kami sekarang bisa
membantu bapak yang sudah puluhan tahun menjadi petani, tetapi penghasilannya
pas pasan. Bahkan sering gagal panen” tambah Afif.
Tanaman hidroponik selada cukup di halaman rumah, foto by Sup
Selain itu juga tidak terlepas dari
peran istrinya, Nita Umaroh, yang ikut telaten mendampingi dalam menekuni usaha
ini. Bahkan Nita inilah yang sekarang menjadi ujung tombaknya- terutama dalam
hal budi-dayanya. Kami tidak terbatas
pada saling mencinta sebagai pasangan suami isteri, tetapi sama sama mencintai
tanaman, bunga hingga lingkungan. Benda-barang tak bergerak ini juga butuh
cinta- butuh dicintai- disayangi, sehingga bisa tumbuh-hidup-subur. Membawa
berkah kehidupan kami,” tambah Afif, yang telah dikaruniai seorang anak
perempuan mungil Bielkhies Noor Ishati.
Hidroponik sendiri artinya kurang lebih tehnik
bercocok tanam tanpa tanah, melainkan dengan air. Atau memperhatikan pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
Hanya Rp 85.000
Menurut Afif, bagi pemula yang ingin mengikuti
jejaknya disarankan untuk menggunakan
sistem wick (sistem pasif yang berarti tidak ada sistem yang bergerak ) . Yaitu
sterofom / box kota, netpot, kain flannel,rockwool, benih dan nutrisi. “ Total biaya yang dibutuhkan hanya Rp
85.000,- sudah lengkap. Kami sediakan di Raya Hidroponik Muria. Itu
nama perusahaan kami , sekaligus lokasi rumah kami”
Sedang jenis benih yang mau ditanam
tergantung selera-pilihan pemula/pembeli.
Ia
menyediakan benih selada, kangkung,
cabai, terong, seledri, oyong, labu, melon, timun, bayam dan masih banyak lagi.
Dengan dana hanya Rp
15.000,- sudah bisa membeli satu bungkus benih selada dalam negeri yang isinya
2.000 biji. Jika produk luar harganya Rp 70.000, dengan isi 1.000 biji.Saya biasanya menanam selada karena
permintaan pasar yang begitu besar, pelanggan mulai dari bakul sayur, kebab,
burget, cafe, catering, pelanggan rumahan dan lain lain. Saya tanam mulai dari
biji sampai masa panen memerlukan waktu kurang lebih 30 - 35hari . Sedang masa
panen selada selama satu bulan bobot bisa mencapai 180 ons sampai 205 ons untuk
mencapai 1(satu)kilogram biasanya
membutuhkan 6 sampai 5 biji
NFT
Selain sistem wick,
juga ada ada sistem Nutrient Film Technique (NFT), Sistem
ini menurut yoursay.suara.com, adalah
satu dari sekian banyak sistem hidroponik. NFT dianggap sistem ang paling cocok
untuk skala industri karena beberapa keunggulan dibandingkan sistem lain.
NFT pada
awalnya dikembangkan Dr. Allen Cooper tahun 1960-an di Glasshouse Crops
Research Institute, Littlehampton (Inggris). Dengan tujuan untuk meningkatkan
produktivitas sayuran sepanjang tahun. Kemudian secara komersil berkembang
tahun 1970-an.
NFT merupakan cara budidaya tanaman dengan
akar tanaman yang tumbuh pada lapisan nutrisi dangkal dan tersirkulasi sehingga
tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen.
Pada
umumnya, sistem NFT dilakukan pada greenhouse
dengan bedeng sebagai tempat tumbuh tanaman. Bedeng menjadi bagian penting dari
NFT karena terjadi sebaran suhu di dalamnya, di mana akumulasi panas berpindah
dari suhu greenhouse melalui konduksi, konveksi dan radiasi.
Afif diantara 2000 tanaman selada yang setiap hari mampu dipanen dengan menerapkan hidroponik sistem NFT foto by Sup
Keuntungan
menggunakan sistem NFT antara lain, kebutuhan air yang tercukupi, keseragaman
serta tingkat konsentrasi nutrisi dapat disesuaikan dengan umur dan jenis
tanaman. Tanaman dapat tumbuh lebih cepat.
Pada
intinya, prinsip dasar dari cara kerja NFT adalah air dan nutrisi digunakan
berulang-ulang setelah melewati tanaman, sehingga dengan cara ini air dan
nutrisi menjadi lebih hemat. Sudah banyak sekali petani berskala rumahan dan
skala industri yang menggunakan NFT karena hemat, efisien dan praktis. Salah
satunya Afif Ariyanto.(Sup)
Posting Komentar