SMP 2 Kudus, Semula Sekolahnya Sinyo Sinyo

Komplek SMP 2 Kudus yang di foto pada 9 November 2016, foto by Sup

Kudus, Berita Moeria (Bemo) Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Kudus yang terletak di Jalan Jendral Soedirman 82 Kota Kudus, semula dipakai untuk Sekolah Rakyat (SR) VII. Atau sekolah Angka Loro.Dan sempat dikenal sebagai sekolah sinyo – sebutan untuk anak sinder pabrik gula (PG) Rendeng.

             PG Rendeng sendiri dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1840. Namun tidak diketahui secara pasti kapan sebenarnya SMP 2 itu dibangun. Namun pihak sekolahan pada Rabu (25/5/2022) menggelar puncak acara memperingati hari ulang tahun SMP 2 Kudus yang ke-62.

             Sancaka Dwi Supani, ahli sejarah di Kudus mengatakan : benar pendapat kepala sekolah Sujarwo karena ngitungnya sejak menjadi SMPN 2 Kudus.pasca kemerdekaan Republik Indonesia.  Itu saja namanya berganti ganti SMP Negeri 2, di ganti SLTP 2.ganti lagi  SMTP 2  :

             Namun menurut prasasti Cagar Budaya Indonesia  yang terpasang  di salah satu sudut gedung lama SMP2 tersebut : gedung SR/Angka Loro, sekolah Sinyo tersebut dibangun pada saat pemerintahan kolonial Belanda di atas lahan seluas  3.400 meter persegi. Dengan luas bangunan 1.970 meter persegi.

             Lalu menurut Wikipedia : Tweede Inlandsche School atau Sekolah Kelas Dua atau Sekolah Ongko Loro merupakan Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar dengan masa pendidikan selama Tiga Tahun dan tersebar di seluruh pelosok desa. Maksud dari pendidikan ini adalah dalam rangka sekadar memberantas buta huruf dan mampu berhitung.

Dengan bahasa pengantar bahasa daerah dengan guru tamatan dari HIK. Bahasa Belanda merupakan mata pelajaran pengetahuan dan bukan sebagai mata pelajaran pokok sebagai bahasa pengantar. Namun setelah tamat sekolah ini murid masih dapat meneruskan pada Schakel School selama 5 tahun yang tamatannya nantinya akan sederajat dengan Hollandse Indische School.

             Sedang bangunan yang menjadi cagar budaya memanjang dari timur ke barat. Dengan ciri khusus : bentuk jendela dan pintunya yang besar besar. Berdaun ganda dan terbuat dari kayu jati kuno.Semua ruang kelas di bangunan lama ini masih berfungsi dengan baik. Memang ada sebagian tembok di bagian dalam ruang kelas yang mengelupas. Sedang penempatan-pemasangan AC( pendingin-penyejuk ruangan) diperbolehkan pihak Balai Pelestari Cagar Budaya. Asal tidak merubah bentuk-apalagi menghilangkan sebagian- meski ukurannya kecil.Itu melanggar undang undang. Jadi kami sangat hati hati terhadap bangunan cagar budaya ini” ujar Kepala SMP 2 Kudus, Sujarwo , Senin ( 30/5/2022).

Sujarwo, Kepala SMP 2 Kudus di ruang kerjanya, foto by Sup
           Ia menambahkan , seiring berjalannya waktu- khususnya perkembangan – pertumbuhan pendidikan, bangunan cagar budaya yang terdiri hanya enam lokal ini tidak mampu lagi menampung para siswa. Maka secara bertahap ditambahlah bangunan bangunan baru – termasuk bangunan bertingkat.

            Dan pada Rabu (25/5/2022) Bupati Kudus meresmikan Masjid Khalifah yang berada di sisi barat komplek SMP 2. Kemungkinan besar itulah bangunan terakhir, karena  tinggal menyisakan satu areal yang selama ini dipergunakan untuk olahraga basket, Sekaligus dijadikan tempat berbagai upacara- kegiatan sekolahan.

Masjid itu sendiri dibangun hanya dalam waktu tiga bulan. Dengan biaya sekitar Rp 570 juta, yang berasal dari sumbangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora), guru-karyawan, orang tua siswa, hingga alumni SMP 2 Kudus.(Sup)

Komentar

Lebih baru Lebih lama