Kudus,
Berita Moeria (Bemo) – Kamisan namanya, tapi lebih suka dipanggil Pak San. Dan ini menjadi “merek dagang” untuk usahanya – di bidang
pengolahan pohung/ ketela pohon/ singkong-
menjadi gethuk. Gethuk coklat.” Ini yang
menjadi andalan kami. Meski kami juga memproduksi gethuk manis gula, krispi, urap kelapa muda
dan gehtuk saus alpukat.Dan yang tidak
kalah pentingnya, kami tetap melestarikan lingkungan” ujarnya saat ditemui Bemo, Minggu siang (29/5/2022).
Apa yang
dikatakan Pak San bisa dibuktikan di rumah dan pekarangan seluas sekitar 600
meter persegi. Sebuah pohon durian jenis petruk
dibiarkan tumbuh dengan subur. Lalu
beberapa buah pohon jambu air, mangga dan jeruk pamelo dan sejumlah tanaman lain.
Diantara berbagai tumbuhan tersebut dibangunlah tempat untuk menjamu pembeli dan pelanggan. Bangunan bertingkat yang disekat sekat- terbuat dari bahan kayu dan bambu. Bahkan terlihat sebuah sepeda onthel uzur yang dikalungi dengan ‘ketupat” terlihat di bagian tengah atas- sebagai salah satu daya tarik “Sengaja tidak meja kursi- semuanya lesehan.Agar pembeli-pelanggan lebih rilek- lebih santai. Tempat ini mampu menampung puluhan tamu” tambahnya.
Salah satu sudut manis warung gethuk Pak San Desa Kajar Dawe Kudus, foto by Sup Hanya
ada satu ruangan kecil dengan satu meja dan tiga kursi kayu. Ini ruangan
bersejarah- tempat kali pertama gethuk coklat
digulirkan beberapa tahun lalu. Kemudian ada satu tempat untuk tempat aneka jenis minuman
dan dapur yang menyatu dengan rumah.
Berbagai
jenis tumbuhan- terlebih pohon durian menjadi semacam payung besar, yang mampu meredam
teriknya sinar matahari. Serta memunculkan udara segar dan sehat. Saat
angin bertiup di siang hari itu menjadikan suasana berubah sejuk.”Jika musim durian, kami sengaja tidak
menjual.Teman-sahabat-keluarga dan siapa saja yang berminat silahkan memetiknya
gratis.
Warung
ini agak ndelik- sekitar 50 meter
dari jalan raya Kudus- Colo. Disamping kiri Sekolah Dasar (SD) 02 Desa Kajar.
Tapi siang itu puluhan pembeli-pelanggan yang umunya kawula muda ini memenuhi
warung gethuk Pak San. Umumnya datang dengan berboncengan sepeda motor.
Produk
unggulan
Suasana
yang serba alami tersebut dipadukan dengan hidangan khas Jawa Tengah dan Jawa
Timur, yaitu gethuk. Menurut laman sejarahunik.net,
gethuk berawal dari jaman penjajahan Jepang.Saat itu bahan pangan pokok berupa
beras cukup langka. Warga/rakyat kemudian beralih makan pohung/ketela
pohon/singkong dan ketela rambat (tela), dengan berbagai bentuk olahan.
Salah satu diantaranya dibuat gethuk
dan menjadikan Magelang dijuluki
sebagai kota gethuk. Kami berusaha dengan
teman-teman untuk menjadikan Desa Kajar sebagai desa gethuk.Mimpi kami gethuk
Kajar juga akan dikenal seperti halnya jenang Kudus “ tegas Pak San yang
didampingi isterinya, Jasmi (47).
Mimpi
itu nampaknya tidak berlebihan, karena
dalam kurun waktu beberapa tahun
terakhir, jumlah pengusaha gethuk yang
semula hanya beberapa orang, kini sudah melesat menjadi 27 orang.
Masing masing
pengusaha memiliki 5-10 tenaga kerja dan pemasarannya juga tidak hanya di Kota
Kretek, tapi juga melebar ke wilayah kabupaten tetangga. Hal ini terjadi karena model pemasarannya
juga lewat online. “Saya juga akan merintis pemasaran ke Jakarta dan sekitarnya .
Setelah pada 21-23 Mei 2022, Forum Komunikasi
Masyarakat Kudus ( FKMK) menggelar festival budaya dan produk usaha mikro kecil
menengah (UMKM) di Jakarta.Pagelaran berjalan sukses. Termasuk saya memperoleh permintaan dari warga Kudus yang ada di
Jakarta,” tambah pria yang berputra
Eko Adi Saputra, Ely Damaryanti (21), Fauzul Muna (17 ). Dan telah dikaruniai
seorang cucu , Alghaisan Hafizh Thabrani (2).Juga didapuk menjadi ketua
paguyuban pengusaha gethuk Desa Kajar.
Bahan baku
Menurut
Pak San, pesatnya gethuk Kajar, tidak terlepas dari bahan baku –berupa pohung yang tercukupi dari desa
setempat, sehingga cukup membantu
mengurangi biaya pengeluaran. Lalu tenaga kerja yang terserap juga warga Desa
Kajar “Kemudian menyangkut warung-tempat
berjualan. Umumnya di pekarangan milik sendiri dan tidak perlu bangunan megah.
Sederhana, apa adanya dan lokasinya masih serba alami.”
Selain itu juga tidak terlepas dari letak desa yang bertetangga dengan Desa Colo, yang sudah lebih dahulu dikenal sebagai desa wisata. Dengan “produk” unggulan masjid dan makam Sunan Muria- salah satu diantara Wali Sanga ( 9/sembilan). Dan satu jalur utama wisata Kabupaten Kudus ( Menara Masjid Makam Sunan Kudus- Sunan Muria yang setiap hari dikunjungi peziarah dari berbagai kabupaten/kota ).”Kami juga baru saja meraih predikat sebagai pemenang lomba desa tingkat Kabupaten Kudus dan juga ditetapkan sebagai desa wisata Kami pemerintahan desa bersama segenap elemen masyarakat bahu-membahu untuk membangun- membenahi Desa Kajar lebih baik lagi ke depannya” tutur Kepala Desa Kajar, Bambang Totok Subiyanto yang ditemui terpisah. (Sup)
Posting Komentar