KUDUS, Berita Moeria - Berkat pelatihan ecoprint yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (Disnakerperinkopukm) Kabupaten Kudus ternyata membawa dampak positif bagi para pelaku UMKM ecoprint di Kudus. Bahkan usaha kain seni ramah lingkungan ini semakin berkembang ditengah-tengah pandemi yang melanda dunia.
Helma Susanti pemilik Ecoprint Helma Godong Salam ini mengatakan bahwa berkat pelatihan ecoprint yang diberikan Disnakerperinkopukm Kudus dari pelatihan basic hingga lanjutan sangat membantu. Ia mengaku setelah mendapat pelatihan dari dinas bisa menjalankan usaha ecoprint dan mampu meraih pasar lokal hingga luar Jawa.
“Sebenarnya ecoprint sendiri masuk ke Indonesia sekitar tahun 2016. Tapi booming di Kudus sekitar tahun 2020. Saya pikir dinas sudah tepat, ketika ecoprint booming langsung melakukan pelatihan. Dan terbukti peluang baru ini memiliki pasar yang menjanjikan,” kata Helma, Sabtu (26/11/2-).
Helma yang saat ini menjabat sebagai Korwil 6 Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI) Jawa Tengah yang membawahi kabupaten Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan (Jekuparemblogan) yang memulai usaha 2020 ini mengaku selama pandemi tidak mengalami penurunan penjualan.
Rata-rata perbulan Ia bisa menjual minimal 10 helai kain seni ramah lingkungan yang dibuatnya. Bahkan saat Ramadhan pesanan mukena meningkat hingga 26 pesanan. Belum termasuk pesanan kain, jilbab pasmina, totebag, masker, dompet, sepatu dan lainnya yang berbahan dari kain seni ramah lingkungan yang Ia produksi.
“Selama masa pandemi penjualan kami perbulan rata-rata terjual 10 helai kain. Karena pemasaran masih mengandalkan marketplace dan sosial media facebook dan instagram pasar terjauh kami Jambi dan Manokwari. Pernah ditawari mengirim ke Turki, namun kami belum siap,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan pemilik Ecoprint Lancar Jaya Abadi, Rani Diah Susanti pasar ecoprint cukup bagus meski menyasar kalangan menengah ke atas. Meski pandemi pasar masih melirik produk-produk ecoprint yang dapat membuat usahanya bisa berkembang.
Beda halnya dengan Teresia Leony pemilik Ecoprint Tere Batik, Ia menyebut selama meski penjualan produk ecoprint tidak mengalami kenaikan. Namun, tidak sampai mengalami penurunan penjualan.
“Selama pandemi pesanan masih jalan terutama lokal. Dan ada beberapa pesanan dari Australia. Kami para pelaku ecoprint sangat beruntung. Mudah-mudahan kondisi kembali membaik sehingga harapannya pasar ecoprint bisa meningkat,” ucap Tere.
Tak hanya fokus pada pasar asing-masing. Ketiganya juga secara swadaya memberikan pelatihan ecoprint bagi masyarakat hingga puluhan kali dan setiap pelatihan sedikitnya diikuti minimal sepuluh orang.
“Saya melatih itu kepingin ada cluster ecoprint di Kudus. Sekaligus sebagai wujud terima kasih kami pada Disnakerperinkopukm Kudus yang telah melatih, mendampingi, dan terus support kemajuan usaha ecoprint kami,” ucap Helma.
Sementara itu, Kepala Disnakerperinkop-UKM Kabupaten Kudus, Dra. Rini Kartika Hadi Ahmawati, MM mengharapkan setelah mengikuti pelatihan ecoprint yang diselenggarakan dinasnya pada tahun 2020 dan 2021 para pelaku ecoprint Kudus dapat bersaing dengan wilayah lain.
“Mereka bisa menjadi lebih baik dalam berkreasi dan berinovasi dibidang ecoprint ini sesuai dengan perkembangan zaman,” pintanya.
Kepala Bidang Koperasi dan UKM, Rofiq Fachri menambahkan bahwa pelaku usaha ecoprint di Kudus belum begitu banyak. Kebanyakan yang bergelut di ecoprint ini mereka yang terlebih dulu menggeluti UMKM dibidang batik.
“Dari dinas kita juga sudah memberikan pelatihan ecoprint dasar hingga lanjutan. Mulai dari desain, cara dan sistem pembuatan batik ecoprint dengan pemateri tingkat provinsi yang sudah berpengalaman dan sukses dibidang ecoprint. Selain batik, di Kudus juga ada ecoprint orpedo (orak-arik pedo) yang pemasarannya sudah mencapai luar Jawa,” pungkasnya. (*)
Posting Komentar