Sudah Mulai Sejahtera, 32 KPM Getasrabi Digraduasi dari Program Keluarga Harapan

 

KUDUS, Berita Moeria - Sejumlah 32 keluarga penerima manfaat (KPM) dari Program Keluarga Harapan (PKH) di Getasrabi mengikuti kegiatan graduasi atau kelulusan, yang artinya kini mereka sudah menyandang sebagai keluarga mandiri.

Kegiatan yang berlangsung di halaman balai desa Getasrabi, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus merupakan bentuk kebanggaan dari para pendamping PKH desa setempat. Lantaran telah berhasil mendampingi para warga yang sebelumnya ekonominya kurang. Sekarang bisa terbantu dan mulai sejahtera dengan beberapa program bantuan yang dijalankan sejak 2013 silam.

Koordinator Pendamping PKH Kabupaten Kudus, Habib Rifai, mengatakan, program graduasi ini memang menjadi agenda tahunan yang harus dikejar sesuai target. Dimana, tiap tahun harus mampu melangsungkan kegiatan graduasi minimal 10 persen anggota dari KPM PKH.

"Di desa Getasrabi, 3 bulan awal ini, sudah ada 32 KPM yang digraduasi. Dan dibanding dengan jumlah data yang ada di desa 329, ini sudah menyentuh angka 10 persen," katanya saat ditemui di Balai Desa Getasrabi, Minggu (11/04).

Tercapainya target ini, lanjutnya, merupakan wujud sinergi yang bagus dari para pendamping PKH serta peserta KPM di Desa Getassrabi. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Koperasi Serba Usaha (KSU) PKH Smart milik mereka.

"Satu tahun lalu saya diundang untuk meresmikan semacam koperasi PKH, yang konsentrasinya adalah penjualan sembako atau beras. Dan ini adalah KSU satu-satunya di Kudus yang diinisasi oleh pendamping PKH, pemdes, serta para peserta KPM," terangnya.

Diharapkan, program inovasi tersebut bisa dicontoh oleh desa-desa lain. Sehingga bisa lebih membantu para anggota untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ditambah lagi, untuk memunculkan semangat berwirausaha oleh para anggota agar bisa mandiri dan tidak ketergantungan dengan bantuan dari pemerintah.

"Hari ini juga dapat stimulus dari BKM senilai 20 juta untuk menambah modal KSU PKH Smart. Ini sangat bagus sekali dan semoga bisa menginspirasi desa lain," tambahnya.

Terkait dengan kriteria peserta yang di graduasi, Habib menyebut, ada dua kategori yang dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan. Pertama, melihat dari perkembangan data ekonomi dari KPM yang akan diolah, dengan hasil akhirnya adalah sistem perangkingan. Kedua, suka rela dari penerima KPH untuk mengundurkan diri, lantaran sudah merasa mulai berkecukupan.

"Nanti yang sudah graduasi tetap kita pantau dan tidak dilepaskan begitu saja. Dari Kementrian Sosial lewat Dirjen Pemberdayaan itu ada program pendampingan bagi yang sudah digraduasi. Pendampingannya nanti sifatnya lebih spesifik ke sektor ekonomi," tandasnya.

Terpisah, Fatonah, 50 tahun, warga Desa Getassrabi mengaku mundur dari KPM PKH atas dasar kesadaran diri. Terdaftar sebagai KPM PKH mulai tahun 2013, ibu empat anak itu merasa status perekonomiannya kini sudah membaik.

"Dulu saya dan suami hanya buruh tani. Alhamdulillah sekarang, kami sudah mampu menyewa ladang dan bertani secara mandiri. Tanggungan keluarga saya juga tinggal dua. Makanya saya memilih mundur dari keanggotaan PKH," tuturnya.

Kemunduran Fatonah dari KPM PKH diharapkannya dapat memberi kesempatan bagi warga miskin lain untuk menikmati bantuan dari pemerintah tersebut. (Kit)

Komentar

Lebih baru Lebih lama