KUDUS, Berita Moeria - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Kudus sepakat dengan sikap institusi induk yang meminta dievaluasi ulang impor beras. Kebijakan yang saat sekarang sedang dalam proses tersebut diminta dikaji ulang.
''Kabar adanya import saja sudah mempengaruhi pasar,'' katanya, Senin (22/3) siang.
Saat sekarang dianggap sebagai waktu yang kurang tepat untuk mendatangkan bahan pokok tersebut dari luar negeri. Sebagian area pertanian sedang panen, dan sejumlah stok Bulog di gudang belum semuanya didistribusikan.
''Keberadaan beras dari luar negeri akan menjadikan harga komoditas petani lokal jatuh,'' jelasnya.
Disinggung soal kondisi di Kabupaten Kudus, saat sekarang sudah memasuki musim tanam (MT) II 2021. Sebagian area pertanian sudah memulai pembenihan.
Terkait isu beras impor, diakuinya juga bergaung dan memberikan dampak psikologis dan pengaruh di pasar beras. Sebagian petani menyikapinya dengan menanam beras ketan.
''Itu jenis beras khusus dengan pembeli khusus pula,'' jelasnya.
Harga satu kilogram gabah kering panen beras ketan mencapai Rp 4.300 hingga 4.400. Adapun gabah beras biasa Rp 3.700 hingga Rp Rp 3.800 per kilogramnya.
''Bagaimanapun tetap berdampak kepada petani,'' ungkapnya.
Seorang petani, Slamet mengaku saat ini lahannya masih memasuki masa pembibitan. Dia berharap harga jual gabah mendatang tinggi. Persoalan seperti impor yang mengakibatkan harga turun diharapkan tidak terjadi.
Camat Undaan, Rifai Nawawi, ketika dikonfirmasi Suara Merdeka menyatakan dukungannya kepada petani. Pihaknya menyebut perlu evaluasi ulang terkait usaha mendatangkan beras dari luar negeri.
''Sebagian besar wilayah kami merupakan area pertanian, persoalan seperti itu menjadi sangat mempengaruhi petani,'' jelasnya.
Banyak persoalan yang dihadapi petani di wilayahnya. Selain banjir tahunan pada sebagian area, serangan hama juga perlu diantisipasi.
''Belum lagi persoalan anjloknya harga gabah salah satunya karena kabar import beras,'' tandasnya. (Kit)
Posting Komentar