Saluran air yang menyatu dengan tembok rumah penduduk Desa Jojo |
Kudus, Berita Moeria
(Bemoe)
Saluran irigasi dam Ingas sungai Piji yang menghubungkan wilayah Desa Hadiwarno dengan Desa Jojo Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus cukup sempit. Berkelak kelok. Sebagian dipenuhi sampah, lumpur dan malah ada pula yang menyatu dengan dinding rumah penduduk. Selain itu juga ada dua “sudetan” yang dialirkan kearah sawah Desa Hadiwarno.
Kondisi seperti itulah yang menurut Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Jojo, Anton yang ditemui Bemoe Senin (24/8/2020) menyebabkan persawahan Desa Jojo yang luasnya sekitar 156 hektar belum pernah memperoleh pasokan air secara maksimal.
Dia menyarankan, dengan adanya pasokan air (tambahan) dari bendung Logung tidak dilewatkan jaringan irigasi yang melewati wilayah Desa Hadiwarno, melainkan langsung melewati seputar Kantor- Balai Desa Jojo. Atau jika ditarik garis lurus sejak dari perempatan SPBU Krawang ke arah selatan sejauh sekitar dua-tiga kilometer. “Itu akan lebih efektif. Bisa terkontrol dengan baik (karena berada di sisi jalan raya) dan akhirnya muncul efisiensi di semua lini. Petani bisa panen tiga kali dua kali padi dan sekali polowijo,” ujar Anton.
Pembegalan air disaluran air Desa Hadiwarno Kecamatan Mejobo Kudus
Dia menambahkan, meski pihak pemerintah telah menormalisir sebagian saluran air Hadiwarno- Jojo, namun kenyataannya “tubuh” saluran air tersebut sudah tidak sesuai aslinya. Pada awalnya lebar saluran rata-rata tiga meter. Sekarang menyempit antara satu hingga dua meter saja. Normalisasi juga belum sepenuhnya tuntas. Perlu adanya penataan ulang secara menyeluruh dengan telah dioperasikannya bendung Logung.
Berdasarkan
data yang dihimpun Bemoe, kapasitas/daya
tampung bendung Logung hanya sekitar 20 juta meter kubik. Namun diproyeksikan
mampu menambah areal pengairan teknis di sebagian besar wilayah Kecamatan
Jekulo dan sebagian Kecamatan Mejobo sekitar 3.000 hektar. Sehingga total
irigasi teknisnya melonjak menjadi
sekitar 5.000 hektar.(sup)
Posting Komentar