Namanya Keren, Biayanya Selangit dan Nyontek. Mangkrak Lagi Nggak!

Jalan Sunan Kudus yang diproyeksikan menjadi Citywalk 

Kudus, Berita Moeria (Bemoe)

 Namanya memang keren  Citywalk Jalan Sunan Kudus.  Biaya pembangunannya jug selangit. Semula “hanya? dianggarkan Rp 11,8 miliar saja, tapi “dibengkakan” menjadi Rp 16, 3 miliar. Sekarang dalam proses lelang.
Menurut Ivan Lanin Ivan Lanin, penulis buku Xenoglosofilia, pencampuran bahasa – tulisan dilakukan sebagai usaha untuk menunjukkan tingkat intelektualitas yang lebih tinggi. .Kecenderungan menyukai sesuatu yang asing bukan hanya terjadi di bahasa, melainkan juga di segala hal lain. Dengan bicara dicampur, mereka berusaha menunjukkan tingkat intelektualitas yang lebih.
Sedang di media sosial, Ivan selalu menggunakan bahasa baku, sebab dia ingin menjadi contoh bahwa seseorang bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar tanpa menjadi kaku.
Citywalk secara harafiah terdiri dari dua kata, city dan walk. City berarti kota, didalam kota, sedangkan walk berarti jalur, jalan. Jadi secara abstrak, citywalk berarti jalur pejalan kaki di dalam kota. Jalur tersebut dapat terbentuk akibat deretan bangunan ataupun lansekap berupa tanaman, Citywalk merupakan pedestrian dengan sarana perbelanjaan yang lengkap, serta dikelola oleh suatu pengembang usaha , sehingga dapat bertahan dan berkembang.

Suasana Jalan Sunan Kudus yang dipadati oleh Pengguna  Jalan 

Kalangan intelektual di Universitas Muria Kudus menyebut : kebijakan mewujudkan Kota Kudus sebagai city walk – kota ramah terhadap terhadap pejalan kaki.
City Walk sendiri di Indonesia sebenarnya lebih banyak dikenal sebagai konsep desain ruang pusat-pusat perbelanjaan. Desain tersebut berupa ruang terbuka yang menarik untuk pejalan kaki untuk menghubungkan beberapa fungsi komersial dan ritel.
Di Kudus selama kurun waktu 10-12 tahun terakhir, memperoleh sejumlah “warisan”. Antara lain Gedung Parkir Pasar Kliwon, Gedung Terminal Colo, Gedung Trade Center, Taman Menara, Papan Baca/Pengumuman, Tempat Jualan PKL semuanya mangkrak. Gedung pertemuan Ngasirah sengaja dirobohkan, tapi sampai sekarang dibiarkan tidak terurus. Lalu “sarang hantu” bekas pusat perbelanjaan Matahari yang terbakar dan juga belum direnovasi. Semoga proyek pembangunan yang konon mengadopsi Maliboro Jogia nantinya tidak mangkrak. Tapi siapa yang berani menjamin ?(sup)

Komentar

Lebih baru Lebih lama