Taman Lampion Matek Alias Mangkrak
Kudus,Berita Moeria (Bemoe
Taman Lampion terdapat di dalam komplek Taman Krida. Bersanding dengan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Kudus. “Bertetangga” dengan Stadion Wergu Wetan yang sepi karena Persiku Macan Muria “ompong”.
Diresmikan Januari 2017 dan konon menghabiskan biaya Rp 2,3 miliar. Sempat menjadi buah bibir dan sempat pula menyedot pengunjung hingga tiga ribuan orang. Tidak hanya dari dalam wilayah, namun dari luar wilayah Kabupaten Kudus juga berdatangan.
Namun hanya berlangsung beberapa bulan saja. Setelah itu dan sampai sekarang Taman Lampion itu matek. Ditengarai banyak panel elektronik tidak berfungsi. Sejumlah ornament juga rusak.
Terjungkal Angsa di Taman Lampion
Jumat pekan lalu, komplek Taman Krida itu dibuka untuk masyarakat umum. Tapi nyaris tidak ada pengunjungnya. Kepala Dinas Budpar Kudus( yang baru saja dilantik), Bergas CP berjanji akan membenahi.
Dari sisi nama memunculkan tanda tanya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, lampion ( lam-pi-on) artinya lentera yang terbuat dari kertas (penerangannya dengan lilin), dipakai pada pesta (perayaan); tanglung.
Sedang menurut Indonesia Kaya, lampion tidak dapat dipisahkan dari tradisi perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Lampion menjadi semacam atribut budaya yang menandai peralihan tahun dalam penanggalan Tionghoa. Imlek kurang terasa meriah tanpa kehadiran lampion yang menghiasi sudut-sudut jalan, kelenteng, dan rumah-rumah warga peranakan Tionghoa.
Menurut sejarah, diperkirakan tradisi memasang lampion sudah ada di daratan Cina sejak era Dinasti Xi Han, sekitar abad ke-3 masehi. Munculnya lampion hampir bersamaan dengan dikenalnya tehnik pembuatan kertas.
Lampion pada masa-masa awal memang diduga telah menggunakan bahan kertas, selain juga kulit hewan dan kain. Lampion mulai diidentikkan sebagai simbol perayaan Tahun Baru dalam penanggalan Tionghoa pada masa Dinasti Ming.
Pendar cahaya merah dari lampion memiliki makna filosofis tersendiri. Nyala merah lampion menjadi simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, dan kebahagiaan.
Legenda klasik juga menggambarkan lampion sebagai pengusir kekuatan jahat angkara murka yang disimbolkan dengan raksasa bernama Nian. Memasang lampion di tiap rumah juga dipercaya menghindarkan penghuninya dari ancaman kejahatan.
Bentuk lampion yang konvensional adalah bulat dengan rangka bambu.
Tetapi seiring perkembangan zaman, muncul pula bentuk lampion yang semakin bervariasi. Salah satunya adalah lampion yang berangka logam dan dapat difungsikan sebagai lampu meja, atau lampion yang berbentuk bunga teratai yang kuncup. Selain bentuk teratai tersebut, masih banyak kreasi baru dari lampion yang membuat perayaan Imlek menjadi semakin semarak.
Sedang menurut Muhtamat, anggota Komisi D DPRD Kudus, konsep Taman Lampion yang disodorkan Dinas Budpar cukup bagus dan menarik, sehingga pihaknya menyetujui. “Konsepnya wisata keluarga pada malam hari” ujarnya.
Namun setelah dua tahun berjalan, kondisinya justru memprihatinkan. Kerusakan taman lampion, membuat kecewa masyarakat. Proyek taman lampion ini harus menjadi evaluasi bersama. Jangan sampai proyek yang dianggarkan dengan uang rakyat hingga miliar rupiah justru rusak tidak terawatt hingga akhirnya mangkrak.(sup)
Posting Komentar