Kudus,Berita Moeria
(Bemoe)
Pemerintah Kabupaten Kudus (Jawa Tengah) melalui Dinas Pertanian dan Pangan
setempat menetapkan Desa Undaan Tengah Kecamatan Undaan sebagai “kampung
kalkun”. Agar ‘kampung kalkun “ tersebut berjalan sesuai rencana, maka Pemkab
Kudus menggandeng Universitas
Diponegoro (Undip) Semarang sebagai lembaga pendampingan bagi para peternak
kalkun, siap memberikan pendampingan terhadap peternak ayam kalkun di Kabupaten
Kudus “Kami berharap tingkat konsumsi
masyarakat terhadap daging ayam kalkun bisa mengimbangi tingkat konsumsi ayam
pedaging,” ujar Guru Besar Bidang Unggas
Fakultas Peternakan Undip Dwi Sunarti , pada acara pelatihan membuat jamu untuk
ayam kalkun di Desa Undaan Tengah.
Dwi Sunarti
menambahkan , prospek peternakan kalkun
cukup bagus karena daya tetas telurnya yang cukup tinggi, sedangkan
fertilitasnya juga demikian. Selain itu didukung dengan asupan pakan protein
dan penyubur benih sperma dari pejantan yang cukup tinggi. Sedang kandungan lemaknya memang hampir sama dengan
ayam pedaging, namun asam lemak jahatnya sangat rendah“Semua produk unggas baik
untuk pemenuhan gizi manusia, terutama bawah
Menurut Kepala
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Catur Sulistiyanto, ditetapkannya
Desa Undaan Tengah sebagai “kampung
kalkun” atas pertimbangan jumlah peternak dan populasi ternaknya jauh lebih
banyak dibanding dengan desa/kecamatan lain yang ada di Kudus. Juga didukung
dengan persediaan pakan kalkun alami yang cukup melimpah dan masih sangat terbuka untuk dikembangkan dari
sisi populasi. Termasuk peningkatan pendapatan petani hingga penyerapan tenaga kerja.
Awan Binuka, salah satu diantara peternak kalkun, yang ditemui Berita Moeria, mengaku sudah sekitar enam tahun terakhir menggeluti usaha “perkalkunan”. “ Saya memulai dari memelihara anakan kalkun hingga tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Siap untuk dipotong untuk dikomsumsi atau dijual dalam bentuk hidup. Lalu saya mendalami tentang cara cara perkawinan, telor yang dihasilkan, pakan hingga pemasarannya. Ibaratnya semua lini sudah saya pelajari,” tuturnya.
Akhirnya ayah tiga anak ini menyimpulkan budidaya ternak kalkun mampu dijadikan sumber penghasilan yang handal.. Utamanya untuk saat ini melalui usaha kuliner yang telah dirintis bersama isterinya, Wahyu Ningsih.
Rumahnya yang berada di tepi jalan raya Kudus – Purwodadi di Gang 14 Desa Undaan Tengah bagian depannya “disulap” menjadi warung lesehan Omah Welut Raja Kalkun. Dengan menu utama welut (belut/ monopterus albus) dan kalkun yang disajikan dalam berbagai bentuk.
Khusus untu kalkun diolah menjadi tongseng, rica-rica, goreng-bakar hingga ingkung. “ Ingkung kami jual dengan harga di kisaran Rp 120.000. Tergantung bobotnya.- semakin tinggi bobotnya, maka otomatis harganya juga lebih tinggi. Sedang untuk lainnya rata-rata kami jual dengan harga Rp 25.000 per porsi. Dengan mematok harga “segitu”, kami sudah memperoleh keuntungan lumayan banyak. Harga ini jauh lebih murah dibanding dengan harga yang dipatok di restoran di
Suami istri yang cukup ramah dan berbicara blak-blakan ini juga mengungkapkan hitung hitungan usahanya. Setiap satu ekor kalkun harganya saat ini dihitung dari bobotnya ( kalkun hidup) yang berkisar antara Rp 40.000 – Rp 45.000 per kilogram.
Jika sudah disembelih dan dikurangi bagian kepala, kulit, jeroan, kaki, ekor hingga bula, maka selebihnya tinggal daging yang diolah menjadi tongseng, rica-rica, digoreng atau dibakar. “Rata-rata dari satu kilogram tersebut kami bisa olah menjadi maksimal 15 porsi. Dengan nilai jualnya 15 x Rp 25.000 = Rp 375.000. Jika dikurangi dengan pembelian bumbu, bahan bakar dan ongkos lainnya kurang lebih sekitar Rp 100.000. Jadi keuntuingan kami sekitar Rp 200.000.” tambah Wahyu Ningsih.
Sedang untuk memperoleh “bahan
Namun karena “bahan
Sedangkan Achmad Suyatno peternak kalkun lainnya yang tinggal di gang tiga Desa Undaan Tengah mengaku mempunyai 40 pasang indukan dan puluhan ekor lainnya dari berbagai jenis. Seperti Kalkun Bronze, Black Spanish Turkey, Pendilled palm, Golden Palm dan sebagainya.
Menurut dia dibanding dengan jenis ayam lainnya, dalam hal pengadaan bahan
Selain pakan pakan tersebut Achmad Suyatno juga memberikan pakan ekstra berupa jahe merah, kunyit hingga telor bebek. Pakan tambahan ini berguna untuk merangsang indukan untuk bisa bertelur secara kontinyu. “Dari hasil penjualan kalkun hidup yang berkisar antara Rp 300.000 – Rp 350.000/ekor, daging dan telurnya saya memperoleh penghasilan kotor sekitar Rp 7-8 juta per bulan,”.
Menurut data yang dihimpun Berita Moeria, bisnis budidaya ayam kalkun tidak dapat berjalan maksimal jika tidak menggunakan mesin penetas telur otomatis. Mesin ini dibutuhkan agar proses penetasan telur untuk bibit dalam budidaya ayam kalkun.
Kalkun merupakan jenis unggas berciri khas postur tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan unggas yang lain. Kali pertama kalkun ditemukan di Amerika dan Eropa. Nama kalkun berasal dari ejaan bahasa Belanda “Kalkoen” yang diambil dari nama
Adapun jenis kalkun meliputi kalkun Bronze, Black Spanich, Bourbon Red, Golden Palm,Royal Palm, Self Buff, White Holland ,Naraganset, dan berbagai jenis lainnya.Di negara asalnya Amerika, kalkun biasa dikonsumsi untuk dijadikan sebagai hidangan pada saat perayaan natal maupun pada saat perayaan thanksgiving. Dalam perayaan ini, masyarakat akan bersama-sama untuk menikmati hidangan khas seperti kalkun panggang.(sup)
Posting Komentar