CJSK Ditanami Tabebuya Asal Brazil, Pemkab Kudus Lupa Tanamannya Sendiri


Tanaman Berbunga Kuning Kepodang di Depan RSUD Loekmonohadi Kudus

Kudus, Berita Moeria (Bemoe)
Proyek pembangunan Citywolk Jalan Sunan Kudus (CJSK) kota Kudus semuanya serba wah. Meski kondisi riil Kabupaten Kudus sudah terjerumus ke zona merah Covid-19 ( bersama Semarang dan Jepara), namun Pemkab Kudus tetap meluncurkan proyek senilai Rp 16,3 miliar.

Dari buku Pembangunan CJSK 2020, jalan sepanjang  562 meter di sisi kanan kiri bakal ditanami pohon Tabebuya warna pink, kuning, putih dan merah. Menurut berbagai sumber yang dihimpun Bemoe, pohon ini bahasa latinnya Handroanthus chrysotrichus dari Brazil. Pohon ini sudah “merajai” – tumbuh- berkembang di jalan jalan utama di Kota Surabaya sejak menjelang akhir 2018. Dan menjadi terkenal di mana mana.

Sedang pilihan Vasa Sarwahita, selaku konsultan teknik CJSK terhadap tanaman Tabebuya tidak salah. Namun justru Pemkab Kudus nampaknya lupa “ bumi Sunan Kudus- Sunan Muria” sudah memiliki aneka jenis tanaman dan tanaman berbunga yang tidak kalah dengan Tabebuya.
Buku Penyuluhan Penghijauan Pertamanan Kota Industri Kudus, dengan kata sambutan Bupati Kudus Wimpie Hardono, 26 Maret 1979, dengan sangat jelas dan rinci menuliskan tentang penghijuan dari segala aspek hingga penataan tempat.


Pohon Berbunga Merah di  Jalan Jati Wetan (R. Agil Ksumadya Kudus)

Meski akhirnya buku setebal 44 halaman hitam putih dan hanya sampul depan berwarna ini bagai tidak ada artinya, ketika Pemkab Kudus tidak menindak lanjuti membangun penghijauan sendiri.
Namun masih beruntung dan ucapan terimakasih kepada perusahaan di Kudus, khususnya PT Djarum Kudus yang justru tanpa putus melanjutkan, mengembangkan program penghijauan dengan biaya sendiri hingga sekarang ini, Rabu (12/8/2020).

Bahkan memiliki tokoh, sosok penghijauan, yang bernama Goei Ing Liat
 Ia adalah satu “bos” PT Djarum, yang setiap kali bertugas ke luar negeri, selalu membawa oleh-oleh berupa aneka jenis bibit tanaman. Lalu ditumbuh-kembangkan di lahan milik perusahaan.


Bunga Warna Kuning Keputihan. Pohon tepi Jalan R agil Kusumadya, seputar Kantor PLN Jati Kulon

Lahan itu akhirnya “disempurnakan” dengan dinaungi dalam
  sebuah divisi penghijauan. Lengkap dengan lahan, aneka jenis bibit, hingga  sumber daya manusia. Sudah tiga kali berganti tempat dan sat ini berada di komplek Oasis yang lahannya sangat luas.

Program penghijuan di Kudus sebenarnya dimulai sejak awal 1980. Seluruh ruas jalan, khususnya di dalam kota sudah ditetapkan jenis pohon yang tidak berbunga maupun jenis pohon yang berbunga Dalam kurun waktu 10 tahun ( akhir 1990) sebagian besar program tersebut berjalan sesuai rencana dan sebagian besar ditopang PT Djarum ( dalam pengadaan bibit hingga pemeliharaannya)

Namun karena situasi dan kondisi terus berubah berubah- termasuk dalam tata
kota dan tata tanaman penghijuan, Kudus  seperti sekarang ini. Sebagian besar ruas jalan di dalam kota, hanya dominan ditanami satu jenis tanaman- nyaris tidak ada tanaman berbunga.

Walikota Surabaya, Risma sekitar dua-tiga tahun lalu pernah mengunjungi Oasis- terlebih untuk melihat secara langsung program dan aneka jenis tanaman yang dimiliki Dvisi Penghijauan PT Djarum.

Dan ketika
kota Surabaya mampu menyulap dirinya menjadi kota yang penuh taman, penuh tanaman, penuh tanaman berbunga aneka warna- yang tentu saja indah mempesona – Kudus  hanya terpana. Padahal sejarahnya, Kudus adalah salah satu diantara sedikit kota di Inonesia yang memiliki paling banyak aneka jenis tumbuhan penghijauan. Banyak kota/kabupaten di Indonesia yang meminta  bibit penghijauan ke Kudus ( bukan ke Pemkab Kudus, melainkan ke Divisi Penghijauan PT Djarum).

Di buku Penyuluhan Penghijauan Pertamanan dan Industri Kudus, juga dituliskan tentang 9 (sembilan ) fungsi penghijauan : kesehatan, iklim, perlindungan, persediaan air tanah, pencegah erosi, menjamin keseimbangan alam-kehidupan-lingkungan, keindahan, pendidikan dan social-politik-ekonomi.
(sup)

 

 

Komentar

Lebih baru Lebih lama