gambar ilustrasi parkir jalan sunan kudus
Kudus, Berita Moeria (Bemoe)
Membaca “buku” berjudul “Pembangunan Citywalk Jalan Sunan Kudus 2020, sekitar 53 lembar (tanpa ada nomor halaman) yang ditulis Vasa Sarwahita, konsultan teknik Jalan Sawunggaling IV/17 Semarang, samasekali tidak menyinggung aspek sejarah dan budaya.
Hanya dilator belakangi Jalan Sunan Kudus berkembang sebagai kawasan perdagangan dan “shopping street”. Sedang Masjid Menara Sunan Kudus belum ada dokumen perencanaan dalam pengembangan kawasan. Menyebabkan pembangunan dan pengembangan ruang yang ada tidak terintregasi dengan baik.
Lalu dalam rapat pembangunan City
Walk Kudus (CWK) pada 9/3/2020 terungkap pembangunan CWK ini mirip dengan
kawasan Malioboro Jogja. Akan menjadi pusat kuliner dan pedestrian. Sekitar 104
pedagang kaki
Jalan Sunan Kudus yang dijadikan CWK tersebut hanya separohnya saja, Yaitu sepanjang 562 meter, dengan lebar jalan eksisting rata rata 22 meter. Dihitung sejak dari Alun Alun Simpang Tujuh ke arah barat hingga bibir jembatan- sungai Gelis bagian timur.
Padahal berdasarkan catatan, buku, data dari
Desa Demaan dan hasil wawancara dengan sejumlah
King tampil sebagai juara di Kejurnas 1974 dan 1975. Sementara itu, di kejuaraan internasional, King meraih tercatat sebagai uara II All England (1976 & 1977), tiga kali menjadi juara (pertama) All England (1978, 1979, 1981), peraih medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan tiga medali emas Piala Thomas (1976, 1979, 1984) dari enam kali membela tim Piala Thomas.
Selain itu Desa Demaan adalah salah satu desa dengan tingkat kepadatan tinggi.di Kabupaten Kudus. Sebagian lahan adalah milik Departemen Sosial dengan bangunan yang cukup dikenal dengan “pondok sosial”. Pondok ini awalnya menampung para gelandangan dan pengemis.(sup)
Posting Komentar