![]() |
Taman Menara Kudus |
Kudus, Berita Moeria
(Bemoe)
Sebuah pohon beringin berdiamater satu meter lebih. Tinginya puluhan meter dan berdaun cukup lebat ini masih tetap kokoh berdiri. Meski diperkirakan umurnya telah mencapai lebih satu abad. Pohon yang menjadi lambang salah satu partai politik papan atas di Indonesia ini berada di komplek Taman Menara di Jalan Sunan Kudus Kota Kudus. Atau hanya sekitar 100 meter dari halaman komplek makam-masjid Sunan Kudus.
Di bawah pohon ini dikelilingi semacam “bangku panjang" terbuat dari beton bertulang.
Pengunjung bisa melepas lelah,berswafoto, sampai tidur pun monggo silahkan.
Sebab sinar matahari sulit menembus rindangnya
daun pohon beringin ini. Selain meredam panas, sekaligus memunculkan
hawa sejuk. Apalagi di seputar pohon bringin juga ditumbuhi aneka jenis pohon
penghijauan.
Tertidur di Taman Menara Kudus |
Namun anehnya pohon beringin dan pohon lainnya, samasekali tidak satu ekor pun burung yang hinggap,untuk “bersiul”, “bernyanyi” dan bersarang di sana. Menurut data yang dihimpun Bemoe dari berbagai sumber. Pohon beringin itu sudah tumbuh bersamaan dengan adanya Alun Alun Kota Lama (semasa Sunan Kudus).
Pohon beringin merupakan ciri arsitektur alun alun Jawa (jaman kerajaan). Juga diikuti ciri khas lainnya adalah bangunan masjid- dalam hal ini Masjid Madureksan. Yang berada beberapa meter barat pohon beringin. Nyaris tidak terlihat karena dikepung kios kios pedagang kaki lima. Padahal masjid yang didirikan Sunan Kudus sekitar tahun 1520 (Dikbudpar Kudus 2007) termasuk cagar budaya.
Ngobrol di pintu Taman Menara Kudus |
Di Museum Jenang Kudus, terlihat sebuah diorama tentang Alun Alun Kota Lama, yang kemudian beralih fungsi menjadi Pasar Bubar- tempat para bakul- termasuk bakul jenang legendaris H Mabruri, Pasar ini dipindah- dibangun pasar baru Jember, sekitar 600 meter sebelah barat pasar lama.
Sempat menjadi pangkalan angkutan kota dan ojek, namun beberapa tahun kemudian dirombak menjadi sebuah taman bernama Taman Menara. Kenyataannya taman ini sepanjang hampir 24 jam dimanfaatkan pengojek, tukang becak, dokar, angkutan wisata untuk menaik-turunkan penumpang yang berziarah ke makam-masjid Sunan Kudus- dengan bangunan khas Menara Kudus
![]() |
Diorama Pasar Bubar Kudus (foto Suprapto) |
Menurut Moh Rosyid, pemerhati sejarah dan budaya STAIN Kudus kepada Tribun Jateng, dalam rumus kapitalis, sesuatu yang mampunyai nilai ekonomi lebih diutamakan, meskipun menafikan situs atau artefak sejarah.
Ia menyayangkan pembangunan Taman Menara yang menggunakan dana APBD Kabupaten Kudus Tahun 2016 terkesan fokus pada orientasi ekonomi dan kurang menguri-uri situs bersejarah. Akibatnya posisi bangunan Masjid Madureksan semakin terisolir.
Idealnya pembangunan Taman Menara menampakkan postur bangunan Masjid Madureksan yang memiliki sumbu lurus dengan Klenteng Hok Ling Bio. Agar semakin mempertegas bangunan di kawasan ini sebagai pertanda toleransi umat beragama “alangkah baiknya setiap ada pembangunan pada area bersejarah abaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan sejarawan, arkeolog, budayawan, dan publik agar hasil pembangunan tepat sasaran.” tuturnya.(sup)
Posting Komentar