Makan dan Nonton Patung Lenthog Tanjungkarang


Kudus, Berita Moeria (Bemoe)

Komplek makanan khas Kudus, LenthogTanjung, setiap hari libur pasti dipenuhi pengunjung. Meski dalam kondisi pandemi Covid-19 Seperti terlihat pada Minggu (26/7/2020). Pelataran parkir yang cukup luas dipenuhi motor maupun mobil, Sedang puluhan warung permanent yang menjajakan Lenthog tersebut nampak dipenuhi  pembeli. Lokasinya berdekatan dengan jalan lingkar menuju arah Undaan- Purwodadi. Masuk wilayah Desa Tanjungkarang Kecamatan Jati  Kabupaten Kudus.

Lenthog ini pernah diusulkan sebagai salah satu masakan khas Indonesia, oleh William Wongso, salah satu “ahli masak” ternama di Indonesia. Salah satu perusahaan rokok terkemuka di Kudus kabarnya yang mensponsori penerbitan buku masakan khas Indonesia tersebut.

Satu kios di pojok selatan nampak terbuka di bagian depan maupun belakang. Ada seorang ibu dengan menantu lelakinya. Seorang perempuan berusia sekitar 15 tahun. Mereka nampak begitu asyik menikmati  Setelah itu muncul lagi tiga orang pembeli. Sepasang suami isteri dan kerabatnya yang semuanya berkulit bersih. Mereka bermobil.

Selain ruangan cukup bersih, uba rampe makan lenthog. Seperti telor puyuh, sate kerang, sate usus, bakwan, aneka macam krupuk dan minuman dalam kemasan tersaji dengan rapi. Pikulan dan tempat masakan terbalut kain batik warna kehijauan. Begotu pula piring, sendok, garpu dan gelasnya.

Sedang di dinding  bagian belakang, nampak terpasang sebuah piagam/sertifikat yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus  nomor boga/04.03 Agustus 2016. Atas nama Kurnia Suciana , terlahir di Rembang 10/9/1981, Alamat Desa Tanjungkarang Kecamatan Jati (Kudus). “ Hari ini Bu Ana ( panggilan untuk Kurnia Suciana) tidak nuggoni warung, karena ada urusan keluarga. Saya yang biasanya disuruh melayani pembeli,” tutur perempuan beranjak dewasa tanpa bersedia disebut namanya.

Makan lenthog di warung yang telah bersertifikat ini cuma menghabiskan Rp 10.000. Guna membayar satu porsi/ piring, segelas the manis dan sebuah kerupuk dari bahan nasi ( juga biasa disebut karak). Jika ingin memborong satu angkring atau  120 porsi/piring cukup membayar Rp 600.000 ( belum termasuk ongkos angkut untuk dalam kota).

Sebagai bentuk perhatian terhadap makanan khas Lenthog Tanjung tersebut, melalui dana aspirasi dibangunlah sebuah Patung Lenthog. Lokasinya jika ditarik garis lurus sekitar 100 meter dari “pusat” lenthog. Namun karena tertutup rumah penduduk, sekolah dasar, kantor Desa Tanjungkarang dan tiga jalan, maka “tampang “ patung tersebur hanya bisa terlihat dari tepi jalan lingkar ( arah menuju Undaan- rumah sakit Mardi Rahayu, terminal induk Jati, Getaspejaten, Gulang).

 Patung itu akan lebih tepat jika dipasang di pusat lenthog yang juga dibangun atas bantuan pemerintah dan ukurannya diperbesar. Papan nama yang dibangun Pemkab Kudus dari dana  cukai tembakau dan ditempatkan di sudut utara nampak mangkrak mengurangi daya tarik bagi pengunjung.(sup)

 


Komentar

Lebih baru Lebih lama