Kudus, Berita Moeria (Bemoe)
Pendirian tower Base Transserver Station (BTS) di Desa Barongan
Kecamatan Kota Kudus, gagal dilanjutkan. Sebab,warga seputar tower yaitu di RT
02/RW 1 keberatan, lokasi tower BTS hanya sekitar satu meter dari lokasi
komplek makam “Mbah Barong”. Selain itu warga khawatir jika terjadi sambaran pertir dan bangunan ambruk menimpa rumah warga terdekat.BTS
adalah infrastruktur yang memfasilitasi kounikasi nirkabel antara perangkat
komunikasi dan jaringan operatorWarga setempat sempat , Rabu malam
(29/7/2020) sempat unjukrasa di lokasi tower BTS dan akhirnya pihak aparat
keamanan dan dinas/instansi terkait tingkat Kecamatan sepakat untuk menutup
sementara tempat tersebut. Dengan cara memasang pita pengaman/larangan.
Sekretaris Kecamatan Kota Kudus,
Sancaka Dwi Supani yang ditemui Bemoe, di ruang kerjanya Kamis (30/7/2020)
membenarkan hal itu. “Saya juga hadir, tapii lebih jelasnya hubungi Ketua Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Barongan. Dia lebih paham,” tuturnya.
Menurut Ketua BPD Barongan,
Komarudin, pada prinsiipnya warga tidak keberatan dengan dibangunnya tower BTS
tersebut. Hanya saja yang dipersoalkan, “pemilik” tower belum pernah melakukan
sosialisasi dan kulanuwun dengan
warga. Selain itu lokasinya berdekatan
dengan makam yang selama ini dikeramatkan banyak warga.” Nampaknya hanya
berbicara kepada pemilik lahan. Sedang kepada saya maupun warga seputar tower
belum pernah dilakukan. Jadi kami tidak tahu, tidak paham maksud, tujuan, hingga dampaknya seperti apa. Fondasinya sudah
terbangun sejak sekitar sebulan terakhir” ujarnya.
Butuh 35 tower BSTAklis,
salah satu pengusaha tower BTS, sangat menyesalkan
dengan penyegelan tower BTS di Desa Barongan tersebut, karena berpengaruh besar
terhadap penggunaan “daring” para siswa dan mahasiswa di Kudus. “BTS itu
fungsinya cukup penting dan strategis dalam proses belajar mengajar dalam
kondisi pandemi Covid-19. Seharusnya bisa dimaklumi semua pihak. Mengingat
betapa besar dan mendesaknya BTS itu. “
tuturnya.Seharusnya untuk memperlancat dan
mempercepat proses daring di Kabupaten Kudus membutuhkan 35 tower BTS. Namun
sampai sekarang baru terpasang tiga unit saja. Hal ini karena terkendala oknum
oknum yang justru tidak paham tentang arti pentingnya BTS di musim pandemic
Covid-19 untuk kegiatan daring. “ Pengguna adalah kalangan pelajar dan
mahasiswa. Generasi muda masa depan bangsa ini. “ tegas Aklis.
Ia menambahkan, pembangunan setiap
tower sudah diperhitungkan secara cermat melalui kajian teknologi tinggi. Jadi
nyaris tanpa resiko. Adapun ketinggiannya disesuaikan
Sejak pandemi Covid-19 di Indonesia, banyak kegiatan yang dilakukan secara daring. Menurut KBBI Kemendikbud, Daring adalah akronim dari dalam jaringan. Artinya terhubung melalu jejaring komputer, internet dan sebagainya. (sup)
Posting Komentar