Bekas tempat pembuatan granul di TPA Tanjungrejo
Kudus, Berita
Moeria(Bemoe)
Proyek organik granul di komplek tempat pembuangan akhir (TPA) Desa
Tanjungrejo Kecamatan Jekulo, sekitar 8 kilometer timur pusat pemerintah
Kabupaten Kudus per Rabu (29/7/2020) benar benar ambyar.Padahal untuk membangun
dan mengoperasikannya digelontorkan dana segar Rp 1,9 miliar.
Kepastian ambyarnya pupuk organik tersebut terungkap saat
Bemoe menyambangi TPA Tanjungrejo,
Rabu (29/7/2020) dan memperoleh penjelasan dari kepala UPT Tanjungrejo Bambang Purnomo.
“Sejak sekitar setahun saya bertugas di sini, sudah tidak ada lagi aktivitas di
“pabrik” granul. Bisa dilanjutkan/dioperasikan, tapi dengan sejumlah
persyaratan teknis maupun butuh tambahan biaya lagi. Saat ini pimpinan kami
belum berencana untuk “menghidupkan” usaha ini,” tuturnya.
Ia menambahkan, proyek ini sempat produksi, tetapi kesulitan untuk menjual, sehingga hanya terbatas untuk memupuk tanaman-bunga di taman taman milik pemerintah daerah. Sempat pula diberikan kepada salah satu instansi dalam jumlah besar.
Menurut catatan Bemoe, setelah sempat terkatung-katung- mulai awal Oktober 2013 sudah mulai mampu produksi. Meski baru bersifat uji coba, mengingat belum ada kepastian tentang pemasaran produk. Pabrik ini menghabiskan biaya Rp 1,9 miliar yang berasal dari bantuan pemerintah pusat melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah 2012.
Menurut Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (Kudus saat itu) , Hari Triyogo pembangunan phisiknya telah rampung 100 persen pada akhir tahun 2012, tetapi untuk mengoperasikannya butuh dana lagi sekitar Rp 450 juta . Itu baru terpenuhi dalam APBD Kudus 2013 yang pencairannya molor beberapa bulan.
Menurut dia, dengan memproduksi pupuk organik granul, maka mampu memperpanjang umur TPA Tanjungrejo, yang kini dalam kondisi lampu kuning. Artinya dari lahan seluas 5,6 hektar yang dijadikan TPA sejak tahun 1991 dan terbagi menjadi 6 (enam) zona, maka pada posisi Senin (1/4/2013) tinggal 2 (dua) zona yang masih memungkinkan untuk dijadikan tempat pembuangan sampah.” Pupuk granul tersebut berbahan baku dari sampah TPA Tanjungrejo yang sudah terendam dalam tanah sejak lebih dari 10 tahun lalu. Lalu dengan bantuan peralatan teknologi sederhana dan sampah itu bisa diolah menjadi pupuk kompos yang siap pakai atau dijual ke pasaran umum,”.
Menurut Hari
Triyogo, setiap hari sampah rumah tangga
dari masyarakat Kudus yang mencapai 520
meter kubik, diangkut dan ditampung di TPA Tanjungrejo. “Dari jumlah tersebut,
sekitar 15-20 meter kubik diantaranya bisa diproses menjadi
pupuk granul/hari , sehingga beban TPA berangsur-angsur berkurang,”
Achmadi, pimpinan pelaksana proyek pembangunan pupuk
granul membenarkan, bahan baku pupuk tersebut memang berasal dari
sampah TPA. Namun paling tidak yang
telah menyatu dengan tanah selama dua tahun. Semakin lama semakin bagus
kualitasnya. “Diawali dengan mengeruk
sampah di TPA, lalu dipilah-pilah. Sampah plastik dan sejenisnya dipisahkan.
Kemudian diayak dan ditimbang, baru kemudian diproses dalam mesin produksi setelah
lebih dahulu dicampuri mikroorganisme dan
dolomit sebanyak 3 (tiga) persen. Dengan proses seperti itu maka muncul produk baru berupa granul siap pakai. Untuk mengoperasikan dibutuhkan tenaga kerja
sekitar 15 orang yang terbagi menjadi tiga kelompok (pagi,siang, malam),”
ujarnya. (sup)
Posting Komentar