Sutomo Guru SD 4 Kaliwungu |
Kudus, Berita Moeria(BeMo)
Dengan bermodal hasil penjualan mangga dan urunan para
guru di Sekolah Dasar (SD) negeri 4 Desa/Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus,
mampu merombak bekas rumah dinas guru menjadi ruangan khusus untuk Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). “Ini masih dalam proses penyelesaian. Dalam Rancangan
Anggaran Belanja (RAB) tercatat Rp 59 juta. Entah nanti kurang atau melebihi,”
tutur Sutomo, salah satu guru SD 4 Desa Kaliwungu, yang ditemui Bemo di kantor sekolah setempat, Sabtu (13/6/2020).
ruang perpustakaan SD 4 Kaliwungu |
Ia menambahkan latar belakang rehabilitasi tersebut
antara lain : rumah dinas kepala sekolah
yang berada di ujung depan kiri, sudah cukup lama tidak berfungsi ( tidak
ditempati dan tidak terawat), sehingga tingkat kerusakan semakin parah.
Selain itu di Desa Kaliwungu tidak memiliki PAUD,
sehingga anak-anak terpaksa “sekolah” ke PAUD yang ada di desa lain. “PAUD pun kami butuhkan untuk menopang penerimaan murid baru di SD 4. Akhirnya
setelah kami koordinasikan ke banyak pihak, Utamanya ke Dinas Pendidikan Pemuda
Olahraga (Disdikpora ) Kabupaten Kudus dan disetujui mulailah kami mengumpulkan
dana secara urunan dan hasil penjualan buah mangga,” ujar Sutomo,
sebagian pohon mangga di halaman SD 4 Kaliwungu |
Jumlah pohon mangga yang berada di komplek SD 4 Kaliwungu
sekitar 14 pohon. Beberapa pohon diantaranya
sejak sekitar tiga tahun sudah berproduksi penuh. Hasil panennya sebagian
untuk para murid, guru dan selebihnya dijual secara borongan- laku sekitar Rp 5
juta.
Selain itu dengan banyaknya pohon mangga, maka menjadikan komplek SD 4 Desa Kaliwungu yang memiliki 6 lokal berubah “hijau” menyegarkan. Anak-anak bisa leluasa bermain (saat istirahat) tanpa gangguan “tersengat” sinar matahari dan suhu udara panas. Sedangkan bekas rumah dinas kepala sekolah itu sendiri bagian atasnya (atap) rusak berat dan harus diganti total serta sebagian diantaranya dicor. Lalu sebagian temboknya yang keropos juga disemen ulang. Termasuk kusen pintu dan jendela.
Gudang atlet sepaktakraw
Sutomo juga menjelaskan, meski lokasi SD4 Kaliwungu agak terpencil di
pedesaan, tetapi dalam hal berprestasi dengan SD di “perkotaan” siap bersaing.
Terutama dalam kegiatan praja muda karana (pramuka) dan olahraga sepaktakraw.
“Kami sudah mengoleksi banyak piala “ ujarnya sembari memperlihatkan dua tempat
penyimpanan berbingkai kaca.
sebagian piala yang diraih Sd 4 Kaliwungu |
Khusus untuk
olahraga sepaktakraw, dilatih
seorang guru olahraga dari luar daerah yang tidak digaji/honor satu sen pun.
Guru ini hanya bertujuan untuk “membagikan” kemampuannya di bidang sepaktakraw
kepada para murid SD4 Kaliwungu.
Kegiatan ini sudah berlangsung beberapa tahun dan telah memiliki sarana prasarana yang dibutuhkan.
Selain itu juga dikenal sebagai sekolah adiwiyat yang pernah menyabet gelar di tingkat provinsi Jawa Tengah. Sedang di seluruh Kabupaten Kudus sudah puluhan sekolah berpredikat adiwiyata. Diantaranya juga telah memperoleh penghargaan di tingkat nasional. Menurut peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata: sekolah adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
tempat pembelanjaran aneka jnis tanaman dan bunga |
Selain aneka jenis tanaman dan bunga yang tumbuh subur di halaman kelas/sekolah. Juga dibangun sebuah bangunan kecil yang dipenuhi aneka jenis bunga dan tanaman untuk tempat prakte/pembelajaran,. Sebuah kolam ikan lele dan juga dilengkapi dengan perpustakaan, “ Kami berniat untuk membuka peternakan ayam dan kambing, tapi sampai sekarang belum bisa terlaksana. Akibat keterbatasan modal,” ujar Sutomo.
Normal baru
Tentang rencana pengetrapan program normal baru, sampai sekarang SD4 Kaliwungu belum mendapat petunjuk/perintah dari Disdikpora Kudus. Namun demikian dengan total jumlah murid yang ada sekarang 121 orang yang tersebar di 6 ruangan kelas (kelas 1-6). Atau rata rata hanya 20 orang per kelas, maka tidak perlu untuk menambah ruangan baru.
Sambil
menunggu perkembangan dan petunjuk teknis pelaksanan, SD yang berada di tepi
jalan raya desa ini, tetap memberlakukan sistem belajar mengajar secara online.
Bagi murid/siswa yang tidak memilik androit ,pihak sekolah memilih
mendatangi satu persatu ke rumah masing
. “Jadi tidak ada persoalan, kami selalu berusaha mencari solusi terbaik, agar
setiap murid dipastikan mampu belajar mandiri di rumah. Jarak antara
rumah para murid dengan para guru tidak begitu jauh dan mudah dijangkau,” tutur
Sutomo mengakhiri perbincangannya. (sup)
Posting Komentar