Kudus, Berita Moeria
(BeMo)
Sejak delapan bulan terakhir, Khoirun Ni’am dipekerjakan di komplek cagar
budaya bekas Kawedanan Tenggeles belum/
tidak difasilitasi air minum.Akibatnya, ia b ersama temannya yang tidak mau
disebut namanya membeli air mium sendiri, Monggo Pak ini ada pisang yang kami
ambil di kebun belakang., tapi nggak ada minum “ tuturnya.
Keduanya sampai sekarang masih berstatus tenaga kontrak, dengan upah setara dengan upah minimum kabupaten. Cagar budaya ini terletak di tepi jalan raya Kudus – Pati sekitar kilometer 7-8, dengan situasi lalulintasnya yang nyaris berlangsung selama 24 jam penuh. Pisang susu berwarna kuning langsat ini ditaruh di atas meja panjang yang nampak lusuh. Meja ini dilapisi dengan kaca tembus pandang, Di dalamnya terlihat malang melintang foto dan sejumlah brosur.
Khoirun dan kawannya ini ditugaskan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Budpar) Kabupaten Kudus
“menjaga” benda cagar budaya . Sepanjang pagi hingga sore hari. Selain duduk di
atas meja menunggu dan menyapa ketika ada tamu datang. Termasuk memotong rumput
hingga menjaga kebersihan lingkungan. “ Malam hari ada petugas jaga malam”
tambahnya.
Selama delapan bulan “ngantor” belum ada wisatawan lokal
dan mancanegara yang datang ke bekas Kantor Kawedanan Tenggeles. Tapi sempat
dikunjungi isteri Pelaksana tugas (Plt) Bupati Kudus Hartopo. Ada pula
sekelompok warga di seputar cagar budaya
menggelar latihan rutin seni tari, seni
beladiri pencak silat dan juga sempat dipakai untuk perhelatan “Sayangnya justru
menimbulkan kerusakan kecil. Kami nggak tahu kehadiran mereka ditarik biaya
atau tidak itu semua urusan pejabat kami,” ujar Khoirun.
Ketika ditanya apakah tahu secara persis tentang sejarah
dan perkembangan bekas Karesidenan Tenggeles tersebut mereka mengaku tidak tahu
secara mendalam. Salah satu penyebabnya Dinas Budpar Kudus tidak membekali
dengan buku dan sarana prasarana lainnya. “Pernah kami dikirim dan diikutkan
dalam kegiatan di Situs Patiayam Desa Terban Kecamatan Jekulo. “
Selama delapan bulan bekerja keduanya
belum pernah melihat adanya pembenahan phisik cagar budaya ini.
Terkecuali pemasangan portal di depan
pintu gerbang. Portal ini sebagai salah satu cara untuk “melenyapkan” praktek
parkir liar. Terutama ketika “jumatan”
halaman depan dimanfaatkan untuk lokasi parkir, bagi pengunjung masjid yang
berada disisi kiri .
Sedang secara umum kondisi bekas
kantor Kawedanan Tenggeles relatif masih utuh, Terkecuali bangunan di bagian
belakang rusak parah dan tinggal kerangkanya saja. Termasuk bangunan samping
kanan.Namun yang membingungkan papan nama di bagian depan sudah kedaluwarsa
malah nyaris tidak terbaca. Masih ada warga yang mengira tempat ini adalah
kantor kecamatan Jekulo. Tapi harus diakui keberadaan dua petugas dan satu
penjaga malam, cagar budaya ini relatif bersih.(sup)
Posting Komentar