Kudus, Berita Moeria (BeMo)
“ Tak guyu mawon berita berita sing
nyamgkut kula. Nyatane ngantos sepriki, saperangan ageng E Warong tetep
mendhet/tumbas sembako nggen kula, Saya
tertawakan saja sejumlah berita yang memojokkan saya. Sebab sampai sekarang
masih banyak E Warong yang tetap
mengambil atau membeli sembako dari saya” ujar Ema, yang kini dikenal sebagai
salah satu pemasok program sembako 2020,
saat ditemui Bemo di rumahnya Desa Kirig Kecamatan Mejobo (Kudus) Selasa siang (12/5/2020).
Bahkan dengan memukul mukul bagian
depan sebuah mobil bak terbuka yang
diparkir di depan rumahnya , perempuan setengah umur ini terus saja bekoar dan
menyatakan sebelum jadi pemasok sudah punya mobil. “Urusan saya itu dengan E Warong. Saya memang tidak mau mendatangi panggilan Dinas Sosial. Jika
memang E Warong tidak mau membeli barang
saya nggak masalah,” ujarnya percaya diri sembari menuju mobil warna hitam yang
dikendarai sang suami.
Pelaksana tugas (PLt) Dinas
Sosial Kudus Sunardi, maupun Sekretaris
Dinas Sutrimo, secara terang-terangan mengecam atas tingkah polah Ema selama
ini. Sebab tidak pernah mau berkoordinasi
dengan Dinas Sosial maupu pemasuk
program sembako lainnya. Bahkan
menawarkan kepada pemasok lainnya untuk
mengambil alih status Ema sebagai pemasok program sembako 2020 di wilayah
Kecamatan Dawe.
Berdasarkan pantauan Bemo selama hampir sebulan terakhir, kinerja Ema
sebagai pemasok program sembako 2020, tidak ada yang istimewa. Bahkan jika dicermati, harga sembako yang
dipasok ke E Warong rata rata di atas harga pasaran umum, Selain itu yang bersangkutan memberikan “bonus” kepada setiap E Warong.
Besarannya Rp 6.000 per Keluarga Penerima Manfaat (KPM) /pemegang Kartu
Keluarga Sejahtera (KKS). Bahkan
keberadaannya konon dibentengi salah
satu organisasi masyarakat (ormas).
Sebagian besar EWarong di Kecamatan
Dawe tidak ada yang berani menentang dan
tidak tahu menahu pedoman umum program
sembako 2020. Sedang keberadaan petugas pendamping yang berasal dari Dinas
sosial nyaris tidak berfungsi. (sup)
Posting Komentar