Pasar Kliwon, Omzet Turun Drastis, Minggu- Senin Tutup Total

Kondisi Padar Kliwon

Kudus, Berita Moeria (BeMo)

Diperkirakan omzet pedagang Pasar Kliwon turun drastis akibat pandemi Covid-19.  Dari sekitar Rp 12 miliar menjadi Rp 5- 6 miliar per hari. Khususnya menjelang Lebaran 2020.Para pedagang  sepakat pada hari Minggu – Senin (24-25 Mei 2020) dan pada  “kupatan” (seminggu setelah Lebaran) (31 Mei- 1Juni 2020) Pasar Kliwon tutup total.


Hal tersebut diungkapkan Arif, salah satu karyawan Kantor Pasar Kliwon Kudus yang ditemui Bemo Jumat siang (22/5.2020),  “Angka pastinya memang tidak ada. Itu berdasarkan perhitungan- perbandingan Lebaran tahun tahun sebelumnya. Dulu puncaknya  satu- tiga hari menjelang Lebaran. Sejak pagi hingga pukul 17.30 pasar baru tutup. Pembeli dan para bakul jejel riyel  (penuh sesak” ujarnya.


Omzet setinggi itu bisa terjadi, karena Pasar Kliwon sampai sekarang masih tercatat sebagai pasar terbesar di wilayah pantai utara (pantura ) timur. Para bakul dari Demak, Jepara, Grobogan, Pati, Rembang, Blora, sebagian Bojonegoro dan antar  pulau (Pulau Kalimantan) hingga Indonesia bagian timur “kulakan” di pasar ini. Ketika di berbagai daerah di Indonesia mulai diterjang virus corona baru Covid19 dan mulai adanya berbagai bentuk pembatasan, Pasar Kliwon pun terkena imbasnya.


Sampai dengan Jumat siang (22/5/2020) parkir mobil dan motor di komplek Pasar Kliwon dan seputar Jalan Jendral Sudirman nampak sepi. Begitu pula di dalam pasar, aktivitas pedagang, pembeli dan para bakul dari luar daerah.


Kondisi tersebut sebenarnya mulai terlihat ketika Dinas Perdagangan Kudus,  mentrapkan penjadwalan  jam buka dan tutup Pasar Kliwon. Menjelang subuh pedagang sayur dan sejenisnya yang boleh\ beroperasi. “Pada pukul 08.00 pasar baru dibuka kembali untuk pedagang lain.  Para pedagangpun  baru mulai membuka kios dan dagangan pada sekitar pukul 09.00, Pasar ditutup pada sekitar pukul 16,” ujar Arif.

Negatif

Selain jam buka-tutup, Dinas Perdagangan juga menyediakan 15 titik untuk tempat cuci tangan dengan sabun. Lalu setiap  titik juga dilengkapi dengan petugas yang membawa sebuah alat pengecek suhu badan. Pedagang dan pembeli harus menggunakan masker. Tempat dagangan dan jarak pembeli juga dibatasi. Masih ditambah dengan “halo-halo” pengumuman dari Kantor Pasar Kliwon  yang dipancarkan  ke berbagai lokasi strategis di dalam pasar. “Kami selalu mengumumkan tentang protocol kesehatan paling tidak satu jam sekali.” tambahnya.


Pihak Dinas Perdagangan pun juga cukup rajin menyemprot Pasar Kliwon dua kali satu minggu pada malam hari dengan desinfektan  Para pedagangpun banyak pula yang menyediakan cairan pencuci tangan, Sedangkan berbagai bentuk sumbangan aneka macam peralatan medis dan sebagainya terus berdatangan. Dengan ditrapkannya protocol kesehatan tersebut, sampai sekarang belum ada pedagang, bakul hingga pembeli yang terdeteksi terpapar covid-19.


Pasar Kliwon Baru sendiri diresmikan  Gubernur Jawa Tengah Soewardi , 26 Desember 1996 , yang  menelan biaya Rp 20.106.897.000. Bangunan terdiri tiga lantai. Lantai I seluas 27.698 meter persegi, lantai II ( 26.810 meter persegi) dan lantai III ( 5.402 meter persegi).


Bangunan dirancang bertahan hingga 40 tahun. Khusus untuk lantai III sebenarnya sudah ada pemiliknya (pedagang) , namun belum ditempati, karena pada umumnya proses penempatan lokasi baru agar banyak dikunjungi warga dan pembeli butuh paling cepat lima tahun.


Saat ini di Pasar Kliwon  tercatat  2.847 pedagang yang menempati 509 kios, 35 rumah dan toko (ruko) dan 2.000 los. Setelah lantai tiga berfungsi -  yang dijadwalkan bersamaan dengan selesainya pembangunan tangga berjalan awal 2017, maka jumlah pedagang  menjadi lebih dari 3.000 orang (sup) 

Komentar

Lebih baru Lebih lama