Air Sumur Tulak |
Kudus, Berita Moria (BeMo)
Sampai
sekarang ini masih ada sebagian warga
dari berbagai kabupaten/kota di Pulau Jawa mempercayai air yang berada di Sumur Tulak mampu dijadikan
tolak bala. Tolak bala menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional adalah penangkal bencana ( bahaya, penyakit)
dengan mantra.(perkataan atau ucapan yang
memiliki kekuatan gaib).
Sumur Tulak itu sendiri berada di
wilayah Desa Krandon Kecamatan Kota Kudus. Atau sekitar 200 meter utara komplek Masjid Menara dan
Makam Sunan Kudus. Berada di belakang
tempat penampungan sampah sementara. Sumur Tulak ini memang berupa sumur yang sampai sekarang tidak diketahui
berapa meter kedalamannya.Berdiameter kurang dari satu meter. Berada di dalam
sebuah bangunan yang nampak masih baru. Bangunan itu memiliki dua pintu besar,
satu diantaranya tidak berjendela.
Bangunan disekat menjadi tiga ruangan. Ruangan pertama berada di bagian
samping kanan ( bangunan menghadap ke arah timur) yang dipergunakan untuk ruang
tamu (tanpa adanya meja kursi atau benda lain). Lalu ruang bagian tengah
terlihat sebuah sumur dengan selang pralon. Di ruang ini terdapat sebuah pintu
besar berukir. Lalu satu ruang tersisa di bagian sisi kiri yang dilengkapi
tempat buang air besar namun belum difungsikan.
Menurut mantan Kepala Seksi Sejarah Museum Kepurbakalaan Dinas Parwisata
dan Kebudayaan Kudus, Sancaka Dwi Supani, yang mengutip penuturan Kepala Desa
Krandon Solichin dan juru kunci Sumur Tulak, Muslim (54) dan kemudian
dituangkan dalam buku Inventarisasi
Benda Cagar Budaya, keberadaan Sumur Tulak terkait erat dengan peristiwa
peperangan antara laskar Kerajaan Mojopahit dengan pasukan Kerajaan Demak (
kerajaan Islam pertama di Indonesia).
Saat itu perjalanan pasukan
Mojopahit telah memasuki wilayah Kudus
Kulon. Namun karena merasa capai, para anggota pasukan ini melepas lelah di
bawah pepohonan yang cukup rindang daunnya. Sebagian lainnya mencoba mencari
sumber air untuk diminum pelepas dahaga. Namun di seputar wilayah itu ( Desa
Krandon) mereka tidak menemukan satu pun sumur.
Dalam kondisi lelah, kehausan dan lapar
sebagian besar anggota pasukan
jatuh lunglai tak berdaya. Lalu munculah Sayid Abdul Rohman atau lebih
dikenal dengan sebutan Mbah Joleno dan segera menancapkan tombaknya ke dalam
tanah.Ketika tombak itu dicabut muncullah sumber air, namun debitnya tidak
seberapa.
Kemudian tanpa disangka-sangka muncullah Sunan Kudus yang kemudian juga
menancapkan tombaknya di sumber air tersebut dan ketika tombak dicabut keluarlah air dengan debit cukup besar dan
berwarna putih bersih. Lalu Sunan Kudus berkata “ Hai Prajurit Mojopahit, kalau kalian belum bisa
menanah lapan dan dahaga serta tidak berdaya tidaklah perlu akan menantang
musuh. Prajurit iku kudu duwe kadigdayan lan ilmu kang linuwih.Silahkan minum
air ini biar badanmu sehat kembali”.
Ajaib. Saat para prajurit itu minum air itu badan mereka kembali segar
bugar. Semua rasa sakit, pegal, linu dan sebagainya lenyap.Merasa mereka
tertolong dan kesaktian Sunan Kudus, seluruh prajurit Mojopahit yang berada di
lokasi segera bersujud , meminta maaf dan menyatakan bertekuk lutut kepada
Sunan Kudus Sebagian diantara mereka
malah mengajukan diri menjadi murid dan santri Sunan Kudus.
Menurut Sancaka, sejak kejadian itulah akhirnya banyak warga yang juga
mencari air ke Sumur Tulak. Bahkan sampai sekarang, terutama pada setiap
tanggal 10 Syuro ( penanggalan Jawa), puluhan hingga ratusan warga dari
berbagai kota/kabupaten berdatangan untuk
mengambil air di Sumur Tulak. Mereka mempercayai airnya mampu dijadikan
tolak bala. Percaya atau tidak sumangga.(sup)
Posting Komentar