Kudus, Berita Moeria (BeMo)
Organisasi masyarakat (ormas) Pemuda
Pancasila (PP) Kabupaten Kudus kini telah mempersiapkan diri terjun ke lapangan
untuk melihat, mencatat dan melaporkan tentang pelaksanaan program sembako 2020
dan program sembako perluasan 2020.
Sebab menurut Kepala bidang Humas PP Kudus, Deni Wibowo dalam wawancara
khusus dengan BeMo, Senin (18/5/2020) pihaknya telah menerima masukan dari banyak pihak tentang karut marut yang terjadi
di program nasional tersebut. “Kami sendiri juga sudah mencek ke lapangan.Kini
akan kami perluas dan perdalam. Hasilnya akan kami laporkan secara tertulis
kepada pimpinan dan dewan pembina di tingkat kabupaten dan provinsi. Tidak
menutup kemungkinan lapor ke pusat,” tegasnya sambil memperlihatkan dua lembar
kertas berisikan tugas yang harus diembannya.
Dengan mengandalkan sekitar 700 anggota, pihaknya kini sudah mulai
memetakan siapa siapa yang harus disasar. Namun dapat dipastikan sasaran itu
akan mengarah ke Bank BNI Cabang Kudus, Kantor Dinas sosial, para
pemilik/pengelola E Warong, para pemasok sembako, para KPM, desa dan instansi
terkait.
Deni Wibowo menambahkan, aksi yang
akan dilakukan PP Kudus jangan diartikan untuk “mengobrak abrik” sistem yang
telah berlangsung sejak 2018. Khususnyaprogram sembako 2020. Namun harus dimaknai sebagai upaya untuk ikut
membantu memperbaiki sistem, sehingga tujuan program sembako 2020 dapat diwujudkan.
Program sembako merupakan
pengembangan dari program bantuan pangan
non tunai (BPNT) sebagai program transformasi bantuan pangan untuk memastikan
program menjadi lebih tepat sasaran, jumlah, waktu, harga, kualitas dan tepat
administrasi. (enam tepat)
Melimpah keuntungannya
Pemilik E Warong / Toko Ijo Salma Kelurahan Purwosari
Kecamatan Kota Kudus, Sukhaenah membenarkan
semua Keluarga Penerima Manfaat (KPM) program sembako perluasan yang
berjumlah 119 orang sudah menerima sembako selama dua bulan sekaligus. Yaitu
bagian bulan April dan Mei.
Sedang pembagian sembako untuk program sembako 2020 lama
yang berjumlah 160 sudah dibagikan lebih awal, “Memang ada penambahan KPM, namun ada sejumlah KPM pemegang Kartu
Keluarga Sejahtera (KKS) yang nampaknya tidak sasaran. Ada yang seharusnya
menerima, tetapi banyak pula orang mampu malah mendapat pembagian program
sembako ini.” ujarnya.
Ia juga mengakui menerima pasokan sembako dari Endang (pemasok program sembako dari
Mejobo untuk wilayah Kecamatan Kota kudus yang ditunjuk/ditetapkan Kantor Dinas
Sosial). Dengan imbalan Rp 10.000 per KPM, atau sekitar 119 + 160 = 279 x Rp 10.000 = Rp 2.790.000,-
per bulan.
Sedang Endang sendiri dalam program sembako 2020 perluasan “menyajikan “
menu sembako sebagai berikut :
Beras ketan satu kilogram | Rp 14.000 |
Beras non ketan 13 kilogram | Rp 136.500 |
Telor ayam satu kilogram | Rp 23.500 |
Kacang hijau setengah kilogram | Rp 13.000 |
Buah pir setengah kilogram | Rp 13.000 |
Jumlah | Rp 200.000 |
Namun menurut pengecekan di pasaran umum – dalam hal ini
di Pasar Bitingan yang dilakukan Deni dan sejumlah anggota PP, semua harga yang diberlakukan pemasok program
sembako 2020 (Endang) di atas harga pasar.
“Beras misalnya di tingkat Bulog/Dolog hanya Rp 9.200 per
kilogram. Harga telor hanya Rp 19.500 – Rp 20.000 per kilogram Kacang hijau per
kilonya hanya Rp 21.000 ( jadi setengah kilogram hanya Rp 10.500,). Jadi
keuntungan yang diraih pemasok sangat
besar. Mengambil untung itu wajar. Namun
jika nggaruk untung sebanyak mungkin itu
serakah,” tegas Deni.
Di Kecamatan Kota, menurut data yang diperoleh dari
Kantor Dinas Sosial ada penambahan KPM baru sebanyak 1.842 dengan jumlah E
Warong tetap 8. Bila ditambah dengan KPM
lama maka jumlah totalnya lebih dari dua kali lipat. Jika pemasok program sembako 2020 di tingkat Kecamatan
Kota Kudus sama sama mengambil keuntungan seperti halnya yang diberikan kepada
setiap E Warong Rp 10.000, maka Endang
diduga meraub keuntungan paling sedikit Rp 36 juta per bulan.
Sedang pihak KPM
KKS tentu saja di pihak yang dirugikan, karena
dari pemerintah masing masing menerima
uang sebanyak Rp 200.000 yang kemudian
dibelikan/dibelanjkan ke E Warong dengan wujud sembako. Tapi nilainya berkurang antara Rp 20.000 – Rp
35.000. Uang sebanyak itu mampir sebagai keuntungan dari E Warong, pemasok dan
berbagai oknum yang saling bersekongkol.(sup)
Posting Komentar