Kudus,
Berita Moeria (BeMo)
Data program sembako
2020 perluasan di Kabupaten Kudus ditengarai “ambyar”. Data itu tidak
diambil langsung dari desa/kelurahan,
Melainkan dari Basis Data Terpadu (BDT) Dinas Sosial setempat atau entah dari
Badan Pusat Statistik.
Berdasarkan penelusuran BeMo
sepanjang Rabu (13/5/2020) ke Kantor Desa Kaliputu, Desa Singocandi Kecamatan
Kota Kudus dan Desa Klumpit Kecamatan Gebog, ketiga desa tersebut menyatakan tidak tahu menahu adanya program
sembako 2020 perluasan.
Modin Desa Kaliputu ketika disodori
data penerima bantuan sosial (Program
sembako) perluasan Kabupaten Kudus
kaget. Sebab ia selaku petugas yang menangani bidang ini merasa belum pernah
mengirimkan daftar nama warga sebanyak 93 orang. Begitu pula data penerima
program sembako 2020 ( non/ di luar
perluasan).
Dalam daftar tersebut diantaranya memuat nama Desa Kaliputu dengan jumlah
penerima bantuan 93 orang. Namun Kepala Desa Kaliputu Suyadi memperlihatkan di
layar telepon genggamnya daftar nama yang dimaksud. Namun ia juga tidak tahu
menahu siapa saja nama 93 orang warga desanya yang tercatat akan memperoleh
bantuan program sembako 2020 perluasan.
Di Desa Singocandi, kepala desa dan sejumlah perangkatnya ternyata juga
tidak paham tentang hal tersebut. Di
desa ini tercatat 128 orang, tetapi
pihak desa juga menyatakan tidak tahu menahu dari mana “angka” 128 itu.
Kepala desa dan perangkat tersebut juga nampak kebingungan saat
ditanyatakan mekanisme “pencairan “ program sembako 2020 yang bernilai Rp
200.000/. Teramsuk singakatan kata
Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
pemegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
Singkatan KPM, KKS, Program
Keluarga Harapan (PKH) dam Kartu Prakerja, juga tidak hafal.
Sedang kasus yang diungkapkan adanya
salah satu warga yang meninggal dan ketika pihak keluarga menginginkan
tetap memperoleh program sembako ditolak pemerintah. Ini pun juga tidak
didukung data tertulis. Ambyarnya data berlanjut saat BeMo menemui sejumlah perangkat desa di Desa
Klumpit Kecamatan Gebog. Data tertulis penerima bantuan
sosial pangan (program sembako)
perluasan 302 orang. Namun data
yang dimiliki desa 565 orang.
Data tersebut menurut Sudar,
perangkat desa yang menangani program sembako sudah ada sejak lima tahun yang
lalu. Katanya setiap tiga bulan sekali diperbaiki “Jadi perbaikan terakhir pada
bulan Januari 2020. Yaitu di Desa Klumpit tercatat ada 887 keluarga miskin Sedang penerima
bantuan sosial pangan hanya 565 orang. Jika sekarang ada “warga
baru” sebanyak 302 orang, kami jadi bingung. Coba tunggu sebentar saya lihatnya
di laptop,” tuturnya.
Lebih dari 10 menit Sudar
“mengotak-atik” laptopnya tidak menemukan data
seperti yang disodorkan BeMo yang berasal dari Dinas Sosial. “Semua data
berasal dari /Basis Data Terpadu (BDT) dari Dinas Sosial. Saya juga belum tahu
apalagi membaca adanya buku pedoman umum program sembako 2020. Pihak Dinas
Sosial seingat saya juga belum melakukan sosialisasi hal ini,” ujarnya.
Karena belum pernah membaca buku tersebut yang sebenarnya bisa diakses
dengan mudah dan gratis via internet, Sudar semakin bingung ketika pertanyaan
yang diajukan lebih detil, Ia sempat menelpon seorang perempuan yang bertugas
menangani PKH dan sempat mencatat di selembar kertas.
Di sejuulah desa di Kecamatan
Kaliwungu , Dawe, Mejobo, Jati, Jekulo yang disambangi BeMo, nyaris sama dengan
kondisi yang terjadi di Desa Kaliputu, Singocandi dan Klumpit. Ambyarnya pendataan tersebut semua
pihak pasti terkena imbasnya. Khususnya pihak desa yang merasa menjadi tumpuan
bagi segenap warganya, karena tidak mampu menjelaskan dan membuktikan
berdasarkan data yang akurat.(sup)
Posting Komentar