Ambyar Cagar Budaya Stasiun KA Kudus, Mulai Muncul Bangunan Baru

Bekas stasiun KA Kudus

Kudus, Berita Moeria (BeMo)

Terhitung  sejak 10 April 2017,  komplek stasiun kereta api (KA) Kudus yang terletak di Kelurahan Wergu Kulon dikembalikan pengelolaannnya kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI). Seiring dengan diresmikannya Pasar Baru, sekitar satu kilometer timur  komplek stasiun KA Kudus, setelah pihak pemerintah kabupaten (Pemkab ) Kudus, selama sekitar  lebih dari 20 tahun terakhir, menyewa komplek stasiun ini untuk dijadikan komplek pasar tradisional.


Belum diketahui secara pasti, langkah yang akan ditempuh PT KAI  setelah  bekas stasiun KA ini kembali kepangkuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun yang  pasti kondisi seputar stasiun  tambah berantakan setelah para pedagang pasar “boyongan” ke Pasar Baru.Apalagi selama disewakan, PT KAI belum pernah melakukan perbaikan- termasuk pengecatan ulang sekalipun. Rumput dan tumbuhan  dibiarkan tumbuh liar, hingga bekas pasar berubah menjadi “kebun” baru.

Kantor Statsiun KA Wergu

Sedang komplek  stasiun diberi pagar seng berkeliling setinggi rata rata  sekitar dua meter.  Hanya di bagian timur yang  pagarnya  tidak tertutup rapat sehingga  warga setempat atau warga lain yang kebetulan lewat  di depannya bisa agak leluasa melihat situasi dan kondisi terkini stasiun KA yang berdiri tahun 1883- 1884.


Persis di selatan  stasiun yang  teramat kumuh ini sudah berdiri tiga bangunan. Dua diantaranya sudah rampung 100 persen dan satunya lagi tengah dalam penyelesaian, Belum diketahui secara pasti apakah  bangunan tersebut milik PT KAI atau milik pihak ke tiga. Namun yang pasti semakin banyak aset negara dan telah ditetapkan  sebagai cagar budaya ini yang lenyap tak berbekas.


Menilik kondisi stasiun yang telah berumur sekitar 137 -138 tahun ini  lewat foto foto lama  sebelum dijadikan komplek pasar tradisional dengan kondisi sekarang  sebagian besar bangunannya masih dalam kondisi asli. Terkecuali di bagian depan sebelah barat menghadap jalan raya, dibangun “pagar” baru dari bahan semen (tembok semen).


Ditambah dilenyapkkannya,  satu rel khusus yang melintas di emperan stasiun.serta rangkaian rel-rel yang berada di halaman stasiun samping selatan. Sedang kondisi tiang bangunan yang semuanya dari bahan besi, termasuk kerangka bangunannya yang juga berbahan besi, masih lnampak kokoh. Meski ketika memperhatikan lebih seksama di bagian :kaki” (tiang tiang bawah)  terlihat karat Jika tidak segera diselamatkan ( disemprot anti karat atau dipotong bagian yang karatan lalu disambung dengan besi baru dengan ukuran yang sama).


Begitu pula, kaca yang didominasi warna kekuningan dan diselingi warna putih.Sebagian kaca itu bahkan berlobang-lobang kecil –terutama di bagian sisi timur. Lobang tersebut bekas tembakan peluru tajam saat  pasukan Belanda tengah beraksi untuk menduduki kota Kudus dan stasiun KA ini menjadi salah satu sasaran. Sedang fungsi kaca-kaca tersebut untuk menahan  sinar matahari dan sekaligus bentuk ornamen pemanis bangunan. Khusus untuk talang air yang terbuat dari bahan seng, termasuk cerobong sebagian besar dalam kondisi rusak berat. Sebaliknya atap seng di bagunan utama masih tergolong “mulus”


Stasiun KA Wergu merupakan mata rantai  jalur KA Semarang – Demak – Kudus – Pati – Rembang. yang ditangani perusahaan KA dan trem Semarang Stoom Maatshappij. Namun  pada tahun 1980 stasiun ini tidak berfungsi lagi, kalah bersaing dengan jenis transportasi lainnya. Beberapa tahun kemudian , komplek stasiun KA Wergu  disewa Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Kudus untuk pasar.tradisional

Dipenuhi semak belukar

Bahkan  tidak hanya Pemkab Kudus , pihak desa Wergu Wetan (sebelum statusnya berubah menjadi kelurahan).  dan perorangan, juga ikut-ikutan memanfaatkan sebagian  lahan dan bangunan untuk pembangunan kios, jasa pembuatan bak truk,  jasa cuci-seterika aneka jenis pakaian hingga peralatan rumah tangga lainnya.


Selain itu komplek perumahan karyawan PT KAI yang berada  di depan perusahaan jamu tradisional “Nyah Mbancan” digusur habis untuk komplek pertokoan,  warung makan, hingga  sub terminal angkutan umum (mini bus) jurusan Kudus- Undaan dan Kudus – Demak. Sedang rel KA yang berada di tepi jalan raya Kudus – Semarang secara bertahap lenyap. Sebagian dibongkar sendiri pihak PT KAI, juga  “dikubur” dengan jalan ditutup melalui pengaspalan dan pelebaran jalan.

Tiga besi mulai brekarat

Dihidupkan kembali

Ketua Forum Transporasi  Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (FTP MTI), Djoko Setijowarno dalam seminar bertajuk “ Memabngun Sistem Transportasi Modern Jalur Kereta Api Semarang – Rembang sebagai Sarana Pelayanan Publik dan Penggerak Ekonomi di Jawa Tengah” di kampus Universitas Muria Kudus (UMK) Agustus 2011 menyatakan , jalur kereta api Semarang-Rembang yang melewati Kudus dan Pati akan kembali dioperasikan pada tahun 2020..Namun sampai dengan menjelang akhir Mei 2020, belum nampak adanya sinyal kuat jalur KA ini akan “hidup” lagi tahun ini.


Pengoperasian kembali jalur kereta api Semarang-Rembang, tersebut sudah masuk dalam desain masterplan dokumen perkeretaapian Indonesia 2005-2030. Dalam dokumen tersebut, pemerintah melalui cetak biru Departemen Perhubungan pada 2003 berencana meningkatkan kapasitas dan pemanfaatan kembali jaringan rel yang tidak dioperasikan, salah satunya kawasan pantai utara (pantura) Jateng..Sedang sebagai uji coba, pemerintah  melakukan pengoperasian kembali kereta api jalur Kedungjati Grobogan- Tuntang- Ambarawa Kabupaten Semarang.

Pengatur rel kereta

Menurut Djoko, pihak swasta atau pemerintah daerah dapat ikut berperan membangun jalur perkeretaapian. Hal ini sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.23/2007.Jika sebelumnya usaha perkeretaapian dimonopoli PT. KAI , kini pihak swasta atau pemerintah daerah dapat ambil bagian. Cara kerjanya hampir serupa dengan pembangunan jalan tol.


Ia menambahkan, jalur kereta api menjadi solusi atas permasalahan kompleks akibat model transportasi jalan raya. Kereta api dinilai lebih efisien dan hemat biaya dari pada transportasi darat melalui jalan raya.“Jadi masalah kemacetan, kecelakaan lalu lintas, besar anggaran subsidi BBM, pembangunan jalan tol, perawatan biaya jalan raya, dapat diatasi jika jaringan kereta api kembali dihidupkan,” ujarnya..


Menurut Djoko,  jalur KA Semarang-Rembang yang dibangun pada rentang 1883-1900 dimanfaatkan untuk mengangkut komoditas ekspor produk pertanian dan kehutanan, terutama gula, kapuk dan kayu jati..,

Mengoperasikan Microbus

Sambil menunggu realisasi jalur kereta api (KA) Semarang – Rembang, PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Perum Damri bekerjasama  mengintegrasikan  model angkutan KA dengan bus., mulai pertengahan Mei 2016. mengoperasikan  angkutan lanjutan berupa microbus berkapasitas 12 orang.


Dengan  tersedianya  angkutan lanjutan tersebut, masyarakat  pengguna jasa KA yang berdomisili di wilayah Demak, Kudus, dan Pati tidak perlu bingung lagi. Sebab.angkutan lanjutan ini akan melayani jasa angkutan dari ketiga kabupaten itu dengan tujuan ke Stasiun KA Semarang Tawang.

Tiga bangunan baru

Atau sebaliknya, bagi penumpang yang turun di Stasiun KA Semarang Tawang, bisa ,meneruskan perjalanan  dengan  angkutan lanjutan tanpa harus beranjak dari komplek stasiun KA.Para penumpang bisa diantar jemput melalui lokasi penjualan tiket atau agen yang telah ditentukan. “ Dengan jadwal 6 kali perjalanan dari Semarang-Pati pukul 06.30, 08.30, 10.30, 12.30, 13.30, 16.30, sebaliknya 8 kali perjalanan dari Pati menuju Semarang pukul 03.00, 05.00, 07.00, 09.00, 11.00, 13.00, 17.00, 20.00 wib,“ ujar Manager Humas PT KAI Daop 4 Semarang, Gatut Sutiyat..


Ia menambahkan, kerjasama antara dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan  salah satu wujud untuk meningkatkan pelayanan transportasi intermoda. Adapun agen atau tempat penjualan tiket yang telah ditetapkan adalah : di Kudus (Agen PT KAI Mitra Utama Jalan Wachid Hasyim nomor 24. dan Indomaret Jalan Raya Tenggeles Mejobo. Lalu di Pati ( terminal bus Pati, agen KAI Jalan Susanto nomor 1) , Demak ( Indomaret Jalan Sultan Fatah) dan di Semarang Stasiun KA Tawang. Adapun biaya angkutan lanjutan tersebut : Semarang – Demak Rp 35.000., Semarang – Kudus( Rp 40.000), Semarang – Pati (Rp 50.000) “Namun jika menunjukkan tiket kereta api disertai dengan kartu identitas yang masih berlaku dan sesuai dengan identitas yang tertera pada tiket kereta api maka akan dapat potongan harga sebesar 10%, dan mendapatkan snack gratis untuk dinikmati selama perjalanan,”ujarnya.


Terlepas adanya  layanan transportasi intermoda tersebut, layanan umum yang selama ini berlaku adalah armada bus antar kabupaten dan antar provinsi  Khusus dari Kabupaten Kudus ditambah dengan adanya armada taksi yang berlangsung sejak  3- 4 tahun terakhir, sehingga  transportasi Kudus- Semarang terlayani selama 24 jam. Bahkan banyak pula diantara warga yang memilih naik sepeda motor, karena selain lebih murah biaya operasionalnya, juga tanpa dibatasi waktu.


Sedang pihak pemerintah sendiri, nyaris setiap tahun membenahi jalan negara yang menghubungkan Semarang- Surabaya (lewat Demak- Kudus- Pati- Rembang), sehingga jalan  semakin lebar dan kualitasnya juga semakin membaik. Bahkan kini sudah mulai dirintis pembangunan jalan tol Semarang – Demak.


Namun dengan melihat laju  pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Demak- Kudus- Pati- Rembang  dan ditambah  dengan peningkatan jumlah motor dan mobil. Kemudian dibanding dengan pelebaran jalan, maka semakin jomplang. Apalagi di Demak, Pati, Rembang dan Jepara, mulai tumbuh dan berkembang aneka jenis industri. Seperti perhotelan,  perikanan,  pelabuhan antar pulau, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan lain sebagainya. Khusus di Kabupaten Kudus yang dikenal sebagai Kota Industri juga tumbuh dan berkembang  cukup signifikan.


Sedang rembesan lalulintas  yang datang dari arah Jawa Timur dan dari arah Jakarta serta Jawa Barat, yang melewati jalan negara Semarang – Demak- Kudus- Pati- Surabaya juga terus bertambah. Akibatnya jalan negara tersebut, semakin padat dan sibuk Jika memang benar jalur KA jurusan Semarang- Demak- Kudus- Pati- Rembang dihidupkan kembali, maka seperti pendapat sejumlah ahli, adalah solusi  tepat dan terbaik. Sebab dengan KA, maka volume barang maupun orang  yang diangkut jauh lebih besar dan biayanya lebih murah, dibanding dengan  jenis angkutan lain.


Mungkin yang menjadi kendala, ketika rel KA dari Stasiun Semarang Tawang, hingga Stasiun Rembang sudah  lenyap tak berbekas. Namun dengan kemampuan yang dimilki jajaran PT KAI, maka untuk pengadaan jalur KA yang baru nampaknya tidak terlalu sulit diwujutkan. Apalagi  jalur KA tidak membutuhkan lahan lebar seperti halnya membangun jalan untuk motor dan mobil.


Warga Solo dan Jogja, maupun warga di seputarnya yang dilewati jalur KA Solo – Jogja semakin banyak- bahkan melimpah menggunakan jasa kereta api. Mengingat fasilitas, sarana- prasarana semakin membaik- mampu mengikuti selera penumpang. Sedang jalur Kudus – Semarang  yang hanya  sepanjang 52 kilometer, atau jika  melaju hingga Pati- Rembang, maka total  jaraknya  hanya sekitar 112 kilometer saja. Ditambah dengan jumlah penduduk yang semakin pesat,  maka dijamin KA tidak akan kekurangan penumpang.


Meski belum ada jajak pendapat tentang rencana pengoperasian kembali jalur KA Semarang – Rembang, namun peta jalan PT KAI untuk menghidupkan  jalur ini sudah dipastikan melalui kajian yang bisa dipertanggung jawabkan. Bagi warga Demak- Kudus-  Pati – Rembang, yang belum pernah merasakan menumpang KA jurusan Semarang- Rembang, bakal menjadi “sensasi” tersendiri (sup)

Komentar

Lebih baru Lebih lama