![]() |
Hartono Ruslan |
Meski saat ini tergangggu dengan merebaknya wabah virus Covid-19, tetapi program kerja manajer Persiku Kudus Senio tidak sepenuhnya berhenti beraktivitas. Sebab pihak Asosiasi kabupaten(Askab) telah menggelontorkan dana segar Rp 400 juta kepada Manajer.
Menurut manajer Persiku Suanrto, yang ditemui Berita Moeria (Bemo) dirumahnya Desa Mlatinorowito, Selasa(14/4/2020). Uang tersebut dimanfaatkan sesuai dengan Rencana Anggaran Belanja (RAB) Persiku Liga III."Jadi tidak benar adanya isu uang tersebut untuk "bancaan". Sebab proses usulan, pencairan hingga penggunaan dana tersebut sudah disetujui dalam forum rapat, antara KONI, Askab dan Manajer. Rapat itu berlangsung sebelum terjadinya "geger" virus Covid-19. Ketika sebagian program kerja kami jalankan, muncul instruksi dari pemerintah maupun PSSI untuk sementara dihentikan dahulu. Menungu wabah Covid-19 berhenti/mereda," tegasnya.
Sunarto Manajer Persiku Liga III |
Contoh yang mudah diketengahkan adalah jadwal kompetisi
diundur dalam jangka waktu tidak terbatas (tidak menentu). Ini memunculkan
banyak sekali problem yang samasekali di
luar dugaan.
Sebelum dana Rp 400 juta itu muncul, Sunarto langsung
tancap gas. Antara lain mencari sosok
pelatih yang dinilai mampu mengangkat kasta Persiku dari Liga III promosi ke
Liga II. Menempuh berbagai “lobi-lobi” ke berbagai pihak.
Selain berkualitas, juga harus menyesuaikan dengan keuangan yang ada. Kepribadian hingga latar
belakang, hingga hubungan dengan manajer dan jajarannya. “Akhirnya kami
sepakat, menetapkan Hartono Ruslan sebagai Pelatih Persiku Liga III, yang
memenuhi kriteria dari kami. Pelatih ini sudah begitu akrab di kalangan warga
Kudus. Utamanya pemain hingga komunitas bola.” tambah Sunarto.
Hartono Ruslan, sebenarnya bukan “orang asing” di Kudus.
Sebab, ia merupakan salah satu diantara “bintang” Persiku asal Jawa Timur .
Saat Persiku diketuai almarhum Amir ( pengusaha rokok, tinggal di Desa
Ngembalrejo) dengan pelatih Solekan. Bintang lainnya adalah Efendi, Yoyok, Amin
dan Hatmanto (kapten kesebelasan).
Di era ini nama Persiku melejit ke ranah nasional. Kecuali kualitas pemain,
mitra tandingnya juga kesebelasan papan atas di Indonesia. Ketika ada kesempatan tim tim kuat dan ternama itu di”ampirkan” di
Kudus. Saat itu stadionnya masih di
Ploso. Sekarang berubah menjadi pasar Bitingan dan pusat perbelanjaan.
Hartono Ruslan sendiri meski kariernya sebagai pemain tidak “semoncer”
pemanin nasional. Namun dalam perjalanan menjadi asisten pelatih dan pelatih
cukup mumpuni.
Kali terakhir sebagai pelatih
Sriwijaya FC yang berjuluk Laskar Wong Kito yang kontraknya habis 31 Desember
2018. Ia mengantungi lisensi pelatih A
AFC dan bersama Kas Hartadi mengantarkan Sriwijaya FC sebagai juara Liga
Indonesia musim kompetisi 2011-2012.
Sebelumnya pria jangkung dan berkepribadian santun dan sederhana ini ,Setelah sempat menjadi pelatih kepala di Persik Kediri musim
2013/2014, Hartono kembali lagi menjadi asisten Benny Dolo (2014/15), lalu
asisten Widodo Cahyono Putro (2016) dan sebelumnya ini, ia adalah asisten
Osvaldo Lessa.
Jika melihat
latar belakang Hartono Ruslan tersebut,
nampaknya Persiku Liga III patut
bersyukur jika yang bersangkutan
bersedia melatih tim berjuluk Macan Muria ( yang saat ini menjadi macan ompong)
dengan kondisi yang serba pas-pasan.
Apalagi jika dalam perjalanan nanti Persiku
benar benar mampu promosi ke Liga II hingga akhirnya berlabuh di Liga I. Ini
menjadi impian semua pihak yang menyenangi olahraga populer ( di dunia). Itu
bukan hal mustahil. Jika semua pihak saling dukung-saling menguatkan. “Tubuh”
kepengurusan Persiku Liga III, jajaran Askab PSSI Kudus, KONI, Pemkab, DPRD,
pengusaha, suporter dan semua pihak harus menyatu. Ingat salah satu butir statute
PSSI adalah : PSSI bersikap netral dalam hal
politik dan agama. Semoga.(sup)
Posting Komentar