Pemudik Tiba di Kudus Sebagian Sudah Dikarantina


KUDUSBeritaMoeria(BeMo)
          Terhitung sejak Kamis 26 Maret hingga Kamis 16 April 2020, sudah tercatat 1.066 orang penumpang bus dari berbagai daerah yang turun di Terminal Induk Jati Wetan Kudus.
          Namun karena  tempat karantina Covid-19 baru pada awal April ditetapkan dan beberapa hari kemudian tempat karantina telah tersedia sarana prasarananya. Maka  dari penumpang /pemudik tersebut tidak seluruhnya masuk karantina. Tempat karantina itu meliputi komplek Ruham susun sewa sederhana (Rusunawa) Desa Bakalan Krapayk Kecamatan Kaliwungu, Graha Muria Desa Colo Kecamatan Dawe dan Komplek Diklat Desa Menawan Kecamatan Gebog.
          Dalam perbincangannya dengan Bemo di ruang kerjanya, Kamis (Kamis, 16 /4/2020), Kepala Bidang (Kabid) Lalulintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan (Dishub) Kudus, Putut Sri Kuncoro menambahkan,  mengingat  situasi dan kondisi-utamanya percepatan, pihaknya langsung  mengangkut pemudik ke lokasi karantina. Setelah lebih dahulu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK).” Kami siap siaga selama 24 jam penuh. Lengkap dengan mobil dan petugas  yang ada di Terminal Induk Jati Wetan. Kami juga bekerjasama dengan banyak pihak, terutama yang terkait penumpang bus/angkutan umum di lokasi lokasi strategis.” ujarnya.
          Sebagai contoh  ada penumpang/pemudik yang tiba di wilayah Kecamatan Undaan, yang berbatasan dengan  wilayah Kabupaten Pati dan Kabupaten Grobogan . Begitu ada laporan petugas Dishub,  langsung luncuran ke lokasi dan mengangkut pemudik ke lokasi karantina.
          Putut Sri Kuncoro menambahkan, dalam kurun waktu selama 19 hari terakhir, jumlah penumpang/pemudik  cenderung terus menurun. Paling banyak pada Minggu , 29 Maret 2020, tercatat  198 penumpang.
Pada tiga hari terakhir hanya 31 penumpang. “Kemarin (Rabu, 15 April 2020) hanya empat penumpang saja.
          Namun demikian masih sangat terbuka pemudik yang tiba di Kudus tidak terdeteksi. Terutama  “pemudik” yang menggunakan mobil pribadi, taksi, ojek online,”pintu-pintu” kecil yang berada di perbatasan wilayah Demak, Grobogan, Pati dan Jepara. “Kami tidak mungkin bisa menangani semua. Apalagi dalam situasi dan kondisi seperti sekarang. Kami himbau semua pihak saling bantu demi kita bersama,” tegasnya.
          Menurut Prof Azyumardiazra,   saat ini dibutuhkan tiga empati dari segenap warga hingga aparat. Yaitu empati kognitif ( merasakan , memikirkan kenistapaan orang lain). Empati emosional ( merasakan emosi orang yang mengalami kesengsaraan) dan  empati welas asih ( mendorong orang  meringankan beban orang lain yang menderita).. Empati adalah perasaaan yang sama  seperti yang dirasakan sesorang. “ Kita sebenarnya juga punya tradisi filosofi. Yaitu beragam bentuk saling membantu, gotong royong dan solidaritas. Mari empati dan tradisi filosofi ini kita praktekkan bersama dalam  memerangi virus Covid-19,” tandasnya.(kit/sup)
                                   

Komentar

Lebih baru Lebih lama