Kudus,
Berita Moeria (BeMo)
Terpilihnya Sunarto, sebagai Manajer Persiku Kudus Liga III beberapa bulan
lalu, sampai hari ini masih memunculkan pro kontra. Bahkan sebagian anggota
suporter Persiku Macan Muria, sempat unjuk-rasa. Intinya Sunarto harus berani
“teken kontrak”, Persiku promosi ke Liga Dua. Mantan anggota DPRD Kudus ini pun
menyanggupi. Ini realistis atau “ngoyo woro”.
Mari kita coba melacaknya satu persatu menurut versi Berita
Moeria (BeMo). Tentunya masih ingat ketika musim kompetisi 2019, Persiku
gagal promosi ke Liga Dua. Malah di
lingkup Jawa Tengah saja juga tidak
berprestasi
Padahal pelatihnya Subangkit yang telah malang melintang
menangani tim tim papan atas. Asisten pelatihnya, Imron As’at (mantan pemain
Arseto), Yono ( mantan pemain Persiku Divisi Utama), Siswoyo ( mantan penjaga
gawang Persiku) dan Widoro .
Adapun seluruh pemain intinya adalah bawaan Subangkit.
Mereka menempati sebuah rumah besar milik salah satu tokoh sepakbola di Kudus..
Manajernya juga “tidak sembarangan”, Bismark atau lebih dikenal dengan nama
Mamak.
Sedang biayanya konon tembus di atas Rp 5 miliar, yang
diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kudus dan partisipasi
dari sejumlah perusahaan besar di Kota Kretek Biaya sebanyak itu sampai
sekarang juga belum ada pertanggung-jawabannya secara jelas apalagi terbuka apa adanya.
Kini manajer baru terpilih berdasarkan pemungutan suara
yang terdiri dari unsut KONI, Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI, Dinas Pendidikan
dan Olahraga dan suporter. Sunarto pun selama ini juga dikenal sebagai salah
satu tokoh sepakbola di Kudus.
Asisten pelatihnya masih mempertahankan figur lama.
Pemain belum terbentuk, karena seleksi pemain ditunda gara-gara Covid-19.
Pelatihnya Hartono Ruslan. Dana yang diajukan untuk satu musim kompetisi sesuai Rencana Anggaran Belanja (RAB) sekitar
Rp 3,5 miliar. “Saya jika gagal mempromosikan Persiku Kudus ke Liga Dua, ya
pasti mundur. Tetapi jika beberapa waktu yang lalu saya diminta mundur, saya
tidak mau. Sebab saya belum melaksanakan tugas yang dibebankan kepada
saya. Selain itu juga mengingkari
keputusan dari panitia seleksi itu sendiri.” tuturnya kepada Berita Moeria
(BeMo), Selasa (14/4/2020).
Ketika disodorkan pertanyaan kenapa masih menggunakan
personil lama yang sudah terbukti gagal. Alasannya mereka yang bersangkutan sudah sehati, sepemikiran, sepaham dengan
dirinya. Untuk sementara belum terbesit dalam benaknya untuk merevisi.
Khusus untuk calon pemain Persiku Liga tiga, memang programnya lewat seleksi dari
segenap pemain yang ada di Kudus. Namun
melihat kondisi yang ada sekarang dan karena dituntut untuk lolos ke Liga Dua,
kemungkinan besar pilihannya jatuh pada pemain luar Kudus yang konon lebih
berkualitas.
Menghitung lolos tidaknya Persiku naik kasta, memang
tidak sama dengan menghitung secara matematika.
Pemain, pelatih, manajer kelas dunia hingga pemodal kelas kakap pun bisa
gagal ketika dibebani target yang lebih tinggi.
Khusus untuk Persiku Liga tiga, sebenarnya masih ada
waktu untuk berbenah diri ke arah yang lebih baik lagi . Mumpung ada waktu gara
gara Covid-19, tidak ada salahnya untuk
menggelar lagi lobi lobi.
Ada kesenjangan dalam “tubuh” Persiku , Askab PSSI Kudus,
KONI hingga ada “tangan tangan” tidak nampak yang ikut campur tangan. Ada
ketidak kepercayaan, ada kekhawatiran, ada banyak hal yang bersikap pro kontra.
Beda pendapat adalah lumrah. Apakah hal ini sebuah realita atau “ngoyo woro”. Mangga dipun galih
sareng-sareng. Demi Persiku Liga tiga promosi ke Liga Dua.(sup)
Posting Komentar