Rumah Karmono |
KUDUS, Berita Moeria
(BeMo)
Di suasana maraknya virus Corona baru- Covid-19, menjadikan ruang gerak
Karmono mulai terganggu. Penghasilan sehari-harinya cenderung merosot. Sebab ia
sehari harinya dikenal sebagai “tukang becak”, yang mangkal di pojok selatan
Pasar Kliwon Kudus. Berdekatan dengan “brak” salah satu pabrik rokok terkemuka
di Kota Kretek.
Terlebih ketika Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) atas nama
isterinya ketika “digesekkan” pada “mesin” kecil di E Warong – Toko
Sejahtera milik Rahadi Priyatno Desa
Tumpangkrasak Kecamatan Jati (Kudus) kondisinya kosong. Alias tidak ada
saldonya. Padahal KKS itu bagai “kartu sakti”.
Anak Laiki-laki Karmono |
Akibatnya ia pulang dengan tangan kosong. Padahal ia
sangat berharap memperoleh sembilan bahan pokok (sembako) yang diberikan
pemerintah senilai Rp 200.000,- “ Kami sebenarnya sudah melaporkan hal itu
kepada Qomariah, petugas pendamping dari
Dinas Sosial. Namun sampai sekarang belum/tidak ditanggapi” ujar Rahadi yang
dihubungi berita Moeria, Minggu (12/4/2020).
Karmono pria setengah umur ini menempati rumah yang
sangat sederhana dan tidak sehat.
Panjangnya hanya sekitar tujuh meter, lebar sekitar tiga meter. Dibagi
menjadi dua ruangan.
Ruang Berantakan |
Ruang pertama di bagian depan diisi sebuah tmpat tidur
dari bahan bambu. Di sudut kiri belakang nampak sebuah TV berwarna 14 inci.
Lalu di di ruang kedua. Campur aduk ada kompor gas, ada sepeda rusak, ada bergelantungan
dan berserakan pakaian dan perkakas lain. Termasuk sebuah almari.. Pintunya ada
dua. Satu di bagian depan dan satunya di samping kanan . Keduanya juga dalam
kondisi rapuh.
Kamar Mandi Keluarga Karmono |
Sedang di belakang rumahnya terlihat sebuah jamban
keluarga “jongkok” tanpa adanya penyekat. Kecuali selembar “papan” dari bambu yang tidak utuh.
Ketika jongkok untuk buang air besar atau mandi dipastikan terlihat dengan mudah.
Isterinya Sholekah sudah meninggal sekitar enam bulan
lalu. Sedang anaknya dua orang. Anak pertama laki-laki baru kelas VI Sekolah
Dasar (SD) di Desa Tumpangkrasak. Anak kedua perempuan terpaksa “dititipkan” pada seseorang agar bisa
memperoleh makan dan kebutuhan lain.
Sarjoko Saputro, Kepala Desa Tumpangkrasak yang
ditemui Berita Moeria mengakui
belum mengetahui tentang kondisi Karmono tersebut. Sebab baru dilantik mnjadi
Kepala Desa sekitar tiga bulan yang lalu.
“ Saya akan segera menggelar rapat dengan segenap ketua Rukun Tetangga
(RT), Rukun Warga (RW) dan perangkat desa lainnya. Saya ingin data dan penjelasan konkrit apa adanya. Saya
akan coba mencari solusi terbaik untuk keluarga Karmono maupun keluarga tidak
mampu lainn ya di Desa Tumpangkrasak,” tegasnya.
Karmono , menurut data yang diperoleh Berita Moeria,
adalah salah satu warga Desa
Tumpangkrasak dengan status rumah tangga miskin. Jumlah total rumah tangga
miskin mencapai 176. Ini sedikit berbeda dengan data yang dimiliki E Warong –
Toko Barokah sebanyak 171 pemilik KKS. Dengan catatan seorang meninggal, tiga orang lainnya saat
ini kondisi saldo KKSnya kosong. Sedang seorang lainnya (Jumisih) kondisi mentalnya terganggu. Sedang
jumlah total penduduk desa Tumpangkrasak mencapai 6.321 orang/jiwa. Terdiri dari 3.058 orang laki-laki dan 3.263 orang perempuan. (sup)
Posting Komentar