Buruh Rokok |
KUDUS, Berita Moeria (BeMo)
Ketika
sebagian besar pekerja di berbagai sektor terkena pemutusan hubungan
kerja (PHK), atau terpaksa harus berdiam diri di rumah masing-masing
akibat Covid-19. Maka sekitar 100.000
buruh rokok di Kabupaten Kudus, malah berjibaku melawan virus amat ganas ini
dengan sambil tetap bekerja tekun seperti hari hari biasa.
Mereka “membuang” rasa takut, rasa khawatir. Demi untuk
memperoleh upah rata-rata Rp 30.000- Rp 40.000 per buruh. Dengan tetap bekerja
maka “asap dapurnya” selalu mengepul setiap hari.
Umumnya para buruh rokok yang 90 persen lebih kaum perempuan ini, sudah
berkeluarga. Paling tidak menanggung beban satu sampai dua orang. Bahkan bisa
lebih.
Dengan asumsi menanggung dua orang saja – termasuk si
buruh itu sendiri, maka paling tidak ada
200.000 jiwa di Kota Kretek yang
menggantungkan hidupnya dari industri rokok. Padahal jumlah penduduk di
Kabupaten Kudus hanya sekitar 800.000 jiwa lebih.
Tes Suhu Tubuh |
Masih ditambah mata rantainya industri rokok kretek cukup
besar. Misalnya pedagang kaki lima (PKL) yang berada di seputar “brak-brak”
pabrik pasar tradisional, angkutan umum, agen, pengecer rokok dan yang lainnya. Selama ini hampir dua pertiga penduduk di
Kudus menggantungkan hidupnya di berbagai
jenis industri kecil-menengah- besar yang sebagian besar terserap di
industri rokok.
Dengan demikian sangat rawan jika seluruh buruh rokok dihentikan kerjanya
karena Covid -19. Perekonomian di kabupaten dengan luas terkecil di Provinsi
Jawa Tengah ini dipastikan kelabakan.
Atas sepengetahuan
Pemerintah Kabupaten (Pemkab), dinas/instansi . hingga organisasi perburuhan di Kabupaten Kudus, . pabrik rokok kelas besar PT Djarum dan
Nojorono sampai dengan Rabu (15/4/2020) masih tetap beroperasi seperti
biasanya.
Cudi Tangan |
Ini sudah berlangsung sekitar dua minggu dan belum ada
rencana untuk “mandeg” di tengah jalan. Alias tutup- tidak produksi. Sedang
salah satu pabrik rokok kelas menengah dan kelas kecil lainnya memilih meliburkan diri. Namun jumlahnya kalah jauh di banding dengan buruh pabrik
rokok Djarum dan Nojorono. Diperkirakan pabrik rokok Djarum sendiri memiliki
sekitar 68.000 buruh . Mereka tidak hanya berasal dari Kudus, tetapi juga
berdatangan dari kabupaten tetangga. Seperti Pati, Jepara dan Demak.
Dan selama dua minggu terakhir, belum atau tidak ada
buruh rokok di kedua perusahaan tersebut yang positif terkena Covid -19. Hal
ini antara lain pihak perusahaan secara
ketat mentrapkan protokol pencegahan- penanganan yang diamanatkan pemerintah.
Jumari HS, kepala “brak” Djarum Pengkol-Purwosari yang
ditemui Berita Moeria (BeMo) menjelaskan, langkah yang ditempuh perusahaan agar
pekerja/buruh masih tetap memperoleh penghasilan setiap hari. Sekaligus
terhindar dari virus Covid-19 antara
lain dengan
Membagi jam kerja dengan dua shift. Pertama masuk
pukul 05.00 hingga sekitar pukul 11
kemudian dilanjutkan dengan shift kedua hingga pukul 16. Hal ini untuk mengurai
buruh yang berjumlah lebih dari 2.000, sehingga mereka tidak lagi saling
berdesak-desakan. Atau memenuhi unsur jaga jarak.
Lalu saat para buruh masuk dan pulang kerja, diharuskan
melalui pemeriksaan suhu tubuh, cuci tangan dan memakai masker. Dengan jumlah
tempat dan barang sangat memadai dan berkualitas. Begitu diketahui ada buruh yang terdeteksi bersuhu badan lebih
dari 37 derajat Celsius, petugas segera
mengirimkan buruh itu ke dokter perusahaan.
Jika ternyata dari hasil pemeriksaan dokter yang
bersangkutan cukup berobat jalan hingga harus opname di rumah sakit semuanya
yang menanggung perusahaan. “Kami juga membekali masing masing buruh
dengan pembersih tangan yang digunakan
di rumah. Bila telah habis buruh tinggal laporan dan perusahaan segera
memberikan barang yang sama. Pola kerja , pola hidup hingga perilakunya juga
berubah lebih baik lagi” tutur Jumari.
Dengan mentrapkan protokol tersebut, hingga sekarang
belum/tidak seorang pun buruh rokok Djarum positif Covid-19. Hal ini akan berlangsung seperti hari hari biasanya. “Kami pihak
perusahaan juga tetap menyiapkan Tunjangan Hari Raya (THR) para buruh yang
memang menjadi haknya.” tambahnya.
Selain kondisi
kesehatan para buruh tetap terjag penghasilan mereka juga tidak berubah,
karena sampai sekarang Covid -19 tidak/belum berpengaruh terhadap penurunan produksi rokok.
Apa yang dilakukan pihak perusahaan dan juga juga didukung
sepenuhnya para buruhnya, menjadikan industri rokok di Kota Kretek tetap
“aman”, tenteram. Tidak ada wajah sedih. Tidak ada wajah takut. Semuanya
berjalan seperti hari hari biasa.
Hal ini tentu saja bukan diartikan “mau menang sendiri”.
Malah sebaliknya secara langsung atau
tidak langsung mempraktekkan “jurus sakti” untuk melumpuhkan “si covid -19”. (sup)
Posting Komentar