Samudi Salah Satu Tokoh Petani di Kudus |
Sebagian besar petani di Kabupaten Kudus nampaknya
mulai terdampak pageblug Covid-19. Sebab hasil panen mereka yang berupa lombok
(cabe), semangka dan beras ketan ketika dijual harganya terus merosot.
Kemerosotan harga tersebut tidak hanya
berdampak pada menurunnya penghasilan, tetapi juga akan berpengaruh
terhadap musim tanam mendatang. Hal ini disebabkan, harga benih, pupuk,
obat-obatan, ongkos tenaga kerja hingga transportasi tetap pada posisi semula.
Alias tidak ada penurunan samasekali.
Dalam perbincangan dengan Bemo, Senin
(27/4/2020), Samudi, salah satu petani andalan
di Kecamatan Jekulo (Kudus), sampai sekarang pemerintah nampaknya belum
terjun ke lapangan untuk mengetahui kondisi petani, buruh tani yang
sesungguhnya. “Kami tidak tahu bagaimana cara untuk menyampaikan keluhan – nasib kami ke
pemerintah,” ujarnya.
Menurut dia, harga lombok merah yang
semula laku Rp 27.000 per kilogram, kini merosot menjadi Rp 12.000 saja. Begitu
pula harga semangka yang semula rata rata Rp 5.000 per kilogram, kini turun “menjadi
Rp 2.500 per kilogram. Sedang harga beras ketan kini merosot menjadi Rp 13000
per kilogram. Kondisi harga tersebut kemungkinan besar akan merosot lagi.
Samudi menambahkan, dalam beberapa
bulan terakhir banyak petani di Kudus yang menanam aneka jenis lombok. Terutama
lombok varietas unggul, yang tingkat produksinya cukup tinggi. Lalu ditunjang
dengan proses pemasaran yang cukup mudah dan hasil jualnya sangat memadai (
keuntungan lumayan besar).
Begitu pula budidaya tanaman semangka
yang juga mengandalkan varietas unggul . Sedang meluasnya tanaman beras/padi
ketan, karena harga ketan cenderung
naik. Jauh melebihi harga beras rata di
pasaran umum.
Menurut /Samudi, situasi tersebut juga
disebabkan terputusnya mata rantai pertanian. “Contohnya, ketika saya hendak
menjual lombok dan semangka. Biasanya bakul (pedagang) yang mendatangi rumah
atau lahan kami. Tapi sekarang mereka terpaksa tidak bisa “keluar” karena
adanya pagebluk Covid-18. Begitu pula tenaga kerja. Meski hanya dalam satu wilayah di Kabupaten
Kudus. Terus terang kami cukup khawatir
menghadapi “kasus” semacam ini” tegasnya.
Banyak petani semangka dan melon di
Kudus yang semula bakal memperoleh keuntungan besar dengan datangnya bulan
puasa dan dilanjutkan dengan hari raya idul fitri. Apalagi ditunjang dengan cuaca yang cukup
menguntungkan.
Namun karena hasil panen tidak bisa
terjual dengan lancar, terhambat dalam banyak hal terkait dengan situasi dan
kondisi pagblug Covid-19, maka bayang
bayang kerugian sudah di depan mata. Bahkan yang panennya lebih awal sudah
merasakannya.(sup)
Posting Komentar