Bapak Persiku Dipenjara Macan Muria Ambyar?


KUDUS, Berita Moeria (BeMo)
Ketika Ketua Majelis Tindak pidana korupsi (Tipikor) Semarang, Sulistiyono  pada Senin (6 April 2020) memvonis M Tamzil delapan tahun penjara dan denda Rp 250 juta  Lalu masih ada tambahan terhukum membayar ganti rugi negara sebesar Rp 2,125 miliar terkait kasus suap dan gratifikasi yang diterimanya. Maka riwayat Tamzil pun seakan”tamat”. Meski masih ada upaya hukum naik banding. Namu hanya keajaiban Tamzil  bebas.

Fakta inilah yang menjadikan beragam isu hingga  gerakan sekelompok warga pendukung fanatik mantan Bupati Kudus ini bubar tanpa bekas.  Wes ewes bablas angine.

Persiku yang berjuluk Macan Muria, yang sebagian besar personil hingga suporternya dipastikan kehilangan Bapak Persiku  Tamzil. Kehilangan arah, kehilangan sumber dana, kehilangan sosok panutan. Sosok petarung sejati Akhirnya  menjadi ambyar.
Ambyar adalah salah satu kata dari bahasa Jawa dan menjadi sangat populer ketika dijadikan judul legenda musik campursari, Didi Kempot, belakangan namanya sering jadi perbincangan..

Utamanya di kalangan anak muda.Padahal musik campursari biasanya identik dengan musik bapak-bapak dan ibu-ibu atau orang yang lebih tua.
Bahkan anak ank muda tersebut menyebut dirinya sbagai “sobat ambyar”, Sadboy, Sadgil dan mendaulat mendaulat Didi Kempot sebagai "Godfather of Broker Heart" dengan panggilan "Lord Didi".

Lagu Ambyar  dan lagu lagunya nyaris berceritera- mengisahkan  kesedihan dan patah hati. Simak lirik kagu Ambyar
Wis kebacut ambyar, ambyar kaya ngene
Manise janjimu jebule mung ono lambe
Wis kebacut ambyar, ambyar kaya ngene
Nengapa kowe tego nyikso aku kaya ngene


Persiku Ambyar benarkah?
Tentu saja harus ada latar belakangnya yang kuat untuk dipertanggung jawabkan, Diawali dengan  “reshuffle” alias  mengocok kembali atau  pergeseran dalam tubuh Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Kabupaten Kudus. Ketua Umumnya masih dipercayakan kepada Sutrisno.

Lalu langkah berikutnya membentuk Persiku Liga III 2019, dengan manejer Bismark yang akrab dipanggil Mamak dengan  pelatih kepala Subangkit.  Hasilnya kita semua tahu Persiku gagal promosi ke Liga II. Kegagalan itu juga diikuti tim Persiku Yunior, yang terhenti di dua terbaik tingkat Jawa Tengah. 

Padahal  semua pelakunya mengikrarkan diri di hadapan Bapak Persiku, berjuang keras meraih prestasi yang lebih baik. Persiku akan berjaya lagi seperti ketika pernah masukke kasta tertinggi PSSI  seputar tahun 1993 yang dikenal dengan nama Divisi Utama.

Bapak Persiku tidak tinggal diam. Dengan caranya sendiri dalam waktu singkat memperoleh dana segar yang kemudian digelontorkan ke manajemen Persiku Liga III 2019. Bahkan sempat mengatakan kepada Bemo, program pembangunan Stadion Baru di daerah Kecamatan Bae yang tertunda akan direalisasi  pada masa kepemimpinannya.

Namun  rencana, gagasan yang ada pada diri Tamzil, Askab PSSI Kudus dan Persiku Liga III 2019, nampaknya berseberangan dengan rencana Tuhan yang  kita tidak ketahui. Rencana Tuhan pasti adalah rencana terbaik.Meski  sudah terbukti gagal. Namun Askab PSSI Kudus nampaknya sampai sekarang belum memiliki solusi konkrit ketika Bapak Persiku dipenjara. 

Ditambah dengan kondisi  adanya wabah Covid-19. Sebenarnya ada langkah baru ketika memilih Manajer Persiku Liga III 2020,  menggunakan sistem pemilihan melalui  panitia seleksi. Meski dalam memberikan nilai sejumlah  anggota panitia seleksi dianggap tidak masuk akal.

Hal itu nampaknya berlanjut saat  sang Manajer Persiku Liga III/2020, Sunarto dalam memilih “pasukannya” – terutama pasukan inti masih mempertahankan “pasukan “ lama dari Persiku Liga III 2019. Sunarto sendiri dalam kepengurusan Persiku Liga III 2019 tercatat sebagai Wakil Manajer. Manajer Persiku Yunior pun  di tangannya.
Komisi Teknik
“Pasukan “ lama yang masih dipertahankan dan menduduki jabatan yang sama. Imron As,ad  dan Suyono masih menduduki jabatan sebagai Komisi Teknik. Menurut mantan pemain Asyabab Surabaya, Sutamto, yang  sudah menetap di Kudus sejak gantung sepatu, Komisi Teknik secara “administrasi” ada, Namun sebenarnya hanya sekedar formalitas saja. “Sepengetahuan saya ketika bermain di sejumlah anggota Liga Utama,  memang ada. 

Tetapi  biasanya dirangkap “pejabat “ lain, karena selama ini fungsinya malah ke hal yang non teknik. Menurut saya Komisi Teknik Persiku Liga III 2020, tidak perlu. Dihilangkan juga tidak akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan “hidup” tim” ujarnya. Jika pendapat Sutamto yang juga pernah menimba ilmu di Brazil “diamini”, maka akan mengurangi komposisi pasukan Sunarto yang lumayan “gemuk”. 

Sekaligus mengurangi beban biaya/honor agar tidak boros/tidak perlu. Jika toh komisi teknik tetap dibutuhkan, tidak tertutup kemungkinan personilnya diganti dengan personil yang lebih tepat. Begitu pula jabatan Asisten Pelatih yang tetap berada di tangan Widhoro Heriyanto. Selain karyawan Aparat sipil negara  (ASN) yang bersangkutan sudah sangat lama malang melintang sebagai asisten pelatih.

RAB Persiku Liga III 2020.

“Ke ambyaran”  juga bisa  terlihat dari Rencana Anggaran Biaya  (RAB) Persiku Liga III 2020, yang mencapai Rp 3,5 miliar ( Rp 3.598.450.000). Lumayan besar dan  masih tetap mengandalkan Anggaran Pembangunan Belanja Daerah (APBD) Kudus. Menurut aturan  peserta/anggota Liga III PSSI, masih diperbolehkan  “menyusu” ke pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat. Namun ketika  promosi ke Liga II,  harus membiayai diri sendiri. Sejak lebih dari 10 tahun terakhir  Persiku senior masih terus dibiayai dari APBD.

Perhitungan RAB yang disusun manajemen Persiku Liga III 2020, lebih besar dari anggaran yang disodorkan  Ardi, peserta “ujian” Manajer Persiku 2020, yaitu hanya Rp 1,5 miliar. Artinya Ardi siap hanya menerima kucuran dana Rp 1,5 miliar dari APBD. Kekurangan biaya yang timbul akan ditanggung. Bahkan yang bersangkutan juga berjanji  siap menaikkan kasta Persiku ke Liga Dua.

Menurut data sementara yang diperoleh Bemo,  dana APBD Kudus untuk Askab PSSI Kudus hanya Rp 1,7 miliar.  Dari jumlah tersebut yang telah disetujui bersama Rp 1 miliar diantaranya  untuk Persiku Liga III 2020 dan yang telah diterima Rp 400 juta. Sedang sekitar Rp 700 juta yang tersisa untuk kegiatan Askab. Antara lain untuk biaya memutar roda kompetisi klub, kompetisi Persiku Yunior dan kebutuhan lain. Konon juga termasuk membayar hutang. Askab PSSI Kudus ini mempunyai kebiasaan buruk “gali lubang tutup lubang” dan belum pernah melaksanakan anggaran secara terbuka  yang bisa diakses banyak pihak.

Dalam RAB Persiku Liga III 2020, juga ada sejumlah pos  yang perlu “dikawal” ketat. Terutama dari pihak Askab maupun Dewan Pengawas.  Hanya saja komunitas bola di Kudus pesimis hal itu bisa terlaksana dengan baik, karena terbentur “ketidak beranian dan waktu luang untuk terjun langsung ke lapangan.

Salah satu diantara yang “di RAB” kan itu menyangkut honorarium  tim pelatih yang terdiri 9 orang sebesar Rp 310.500.000. Khusus untuk pelatih kepala honornya Rp 15 juta per bulan. Sedang di kolom  persiapan khusus :untuk sewa mes pemain Rp 50 juta, Transportasi Rp  54 juta , Makan  peamin Rp 680 juta. Sedang pada kolom perlengkapan antara lain :  homor pemain  Rp 800 juta.

Warga Kota Kretek. Khususnya “warga bola” sangat berharap Macan Muria tidak ambyar ora kebacut ambyar kaya dene nasibe Bapak Persiku Tamzil Apa balas jasa Anda terhadap Bapak Persiku.. Persiku Liga III harus berpretasi- promosi ke Liga Dua. Askab PSSI Kudus harus lebih professional dan berani bertindak. (sup)

Komentar

Lebih baru Lebih lama