KUDUS,
Berita Moeria (BeMo)
Mungkin bagi “wong” Kudus, khususnya “ warga
bola”, banyak yang tidak tahu tentang
sejarah julukan Persiku Macan Muria. Itulah karya wartawan senior di Kota
Kretek sekitar tahun 1992-1993. Saat para pemain menjelang hingga saat
berkiprah di persepak-bolaan nasional –
Divisi Utama.
Wartawan di Kudus saat itu tidak lebih
dari 10 orang. Sebagian bekerja di media cetak harian dan sebagian lagi di media cetak mingguan, tengah bulanan atau
yang terbit sebulan sekali. Dari jumlah tersebut dua diantaranya sudah
meninggal, yaitu Agung Supriyo (Harian Kedaulatan Rakyat) dan Darmanto Nugroho
( mingguan).
Sebelum mengerucut menjadi satu dengan
nama Macan Muria, lebih dahulu muncul
usulan dengan sebutan – julukan Persiku Jenang Bledek dan Persiku Laskar
Tanggul Angin.
Setiap wartawan mencoba untuk
memperkenalkan tiga julukan itu lewat media masing-masing. Akhirnya mengerucut
menjadi satu sebutan Persiku Macan Muria.
Kenapa dipilih Macan Muria? Antara
lain macan/harimau adalah sosok hewan yang tangguh, kuat, berani, juga ganas
ketika diusik atau dilukai. Hewan ini juga dijumpai di wilayah Gunung Muria dan
menjadi hwan langka.
Spanduk Persiku Macan Muria ( Macan
Muria dengan hurup besar/ menyolok) kali pertama dikibarkan di Stadion
Sriwedari Solo. Saat itu Persiku nglurug” ke kandang Arseto.
Selembar spanduk tersebut dibawa
sejumlah wartawan yang mengendarai mobil Colt Mitsubishi Sejumlah wartawan yang
ikut : almarhum Agung Supriyo dan Darmanto Nugroho, Martinus Basuki (Bernas),
Sutiyo dan Lis Cuplis (Humas Pemkab Kudus), Sabar (mingguan) dan penulis.
Sedang rekan wartawan senior yang tidak
ikut antara lain : Soleh AK (Suara Merdeka), Alex Axlis (Pikiran Rakyat), Bandelan Amarudin (Tempo),
Bahctiar (mingguan) dan Sunarto AY (almarhum).
Spanduk sempat dipajang di badan mobil, saat rombongan berhenti untuk
makan siang di tepi jalan raya seputar
Gundih- Gemolong. Sayang sampai sekarang dokumen fotonya dicari ke mana mana
belum ketemu. ( penulis adalah satu satunya yang membawa kamera otomatis,
tetapi masih menggunakan film).
Setibanya di Stadion Sriwedari yang
disesaki penonton sempat dipertontonkan
kepada publik di sana. Namun akhirnya satu satunya spanduk sebagai bukti
“kelahiran” julukan Persiku Macan Muria raib entah ke mana.
Sebab sejak sebelum pertandingan di
mulai suasana di stadion yang berada di
tengah kota ini cukup “panas”. Apalagi
sepanjang permainan- pemain Arseto bermain keras menjurus kasar.
Salah satu adegan yang masih teringat
sampai sekarang, ketika pemain depan Persiku, Bambang Harsoyo beberapa kali
dilanggar secara keras pemain belakang Arseto, Imron As’ad, pemain “asli” Kudus.
Entah
siapa pemicunya, Persiku kontra Arseto berlangsung ricuh, Suporter tuan
rumah pun ikut “ngamuk”.Mobil suporter Persiku dilempari batu. Rombongan
wartawan Kudus selamat dan tiba di rumah makan yang sama di seputar Gundih-
Gemolong lewat dinihari, Sampai Kudus menjelang pagi. Itulah sekilas
“sejarah” sebutan- julukan
Persiku Macan Muria. Semoga ada gunanya.(sup)
Posting Komentar