Penularan Virus Melalui Cipratan Mikroskopik

Kudus, Berita Moeria(Bemo)
    Di tengah semakin mengganasnya virus Corona Covid-19 Profesor Kazuhiro Tateda (Toho University) pada Kamis (26/03/2020) meluncurkan Video  tentang percobaan menggunakan kamera kecepatan tinggi tercanggih di dunia saat ini yang bisa menangkap pergerakan partikel 0.1 micrometer = 1/10000 mm.
Adapun isi video tersebut setelah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, isinya sebagai berikut
:[Adegan bersin]
Percobaan awal, bersin. Cipratan partikel yang terbang terlihat kasat mata adalah Profesor droplet sebesar 1 mm, langsung jatuh ke lantai.

Saat lihat bersin tadi dengan kamera berkecepatan tinggi, titik-titik cipratan partikel yang terlihat sebesar 1/100 mm. Dilihat dari sudut yg berbeda, karena sangat kecil dan ringan, terlihat partikel mengambang di udara.  Ini adalah wujud cipratan mikroskopik (microsplash).( ] mikroskopik adalah ukuran yang hanya bisa dilihat jika kita menggunakan mikroskop atau alat pembesar.)
[Adegan dua orang berbincang-bincang] .
Seperti kita tahu cipratan mikroskopik dikeluarkan pada saat bersin. Saat kedua orang berbincang seru, bisa terlihat bahwa banyak cipratan mikroskopik yang beterbangan. Dapat terlihat di antara dua orang yang terus berbicara, cipratan mikroskopik tersebut tidak menghilang begitu saja.

Masih belum ada yang mengetahui seberapa besar peran cipratan mikroskopik ini dalam penyebaran penyakit. Namun menurut Prof. Tateda untuk menyatakan pengaruh cipratan mikroskopik ini tidak dapat diabaikan.

Profesor Kazuhiro Tateda (Toho University): “Di dalam cipratan mikroskopik terdapat virus-virus yang hidup. Jadi saat kita melakukan percakapan jarak dekat dengan suara keras seperti di video percakapan, cipratan mikroskopik berpindah dari seseorang dan bisa terhirup oleh lawan bicaranya dan memperluas penularan“

[Adegan dua peneliti di ruangan di Kyoto Institute of Technology]
Dalam ruangan tertutup dengan berventilasi buruk, resiko penularan lewat cipratan mikroskopik bertambah tinggi. Ruang penelitian ini mencoba membuat simulasi pergerakan cipratan mikroskopik di ruangan dengan ventilasi yang buruk.

Simulasi dilakukan dengan situasi ruangan tertutup layaknya kelas dan di dalamnya ada 12 orang. Dibuat simulasi dengan kondisi satu orang batuk sekali. Terlihat kurang lebih 10.000 partikel terbang bebas dengan ukuran yang berbeda-beda. Untuk cipratan yang berukuran lebih besar (gambar hijau), bisa terlihat dalam satu menit jatuh. Namun seperti yang terlihat di layar, cipratan mikroskopik yang berukuran jauh lebih kecil berwarna merah tetap melayang-layang di udara.

Simulasi berikutnya hanya melihat pergerakan mikropartikel berukuran kecil saja. Dalam 5 menit, 10 menit, setidaknya dalam 20 menit partikel mikroskopik masih bertahan di dalam ruangan.

Associate Prof. Masashi Yamakawa (Kyoto Institute of Technology) : ”Dalam ruangan tertutup, pergerakan udara bisa dikatakan minim, sehingga dalam waktu yang lama mikropartikel tidak bisa bergerak kemana-kemana, jadi tetap berada di dalam ruangan.”

Ada langkah-langkah yang dapat diantisipasi untuk menekan pergerakan cipratan mikroskopik. Untuk hasil yang efektif, buka jendela lebar-lebar untuk mengganti udara . Saat membuka jendela lebar, cipratan mikroskopik yang ringan dan berukuran kecil akan mengalir keluar. 

Prof Tateda “Sangatlah penting untuk sedapat mungkin membuka dua bukaan jendela agar udara dapat mengalir di antaranya. Setidaknya lakukan sejam sekali agar dapat mengalirkan udara dan meringankan kemungkinan terjadinya resiko penularan ruangan tertutup.”(sup)

Komentar

Lebih baru Lebih lama