Ternyata, Pemkab Dan Mahasiswa Resah Hadapi MEA



BERITAMURIA-KUDUS– Pemkab Kudus dan kalangan civitas akademika ternyata resah menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Keresahan tersebut diungkapkan kepada Mentri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Indonesia Mohammad Nasir saat datang ke Kudus, Senin, 16 Mei 2016 kemarin.

Menristek saat itu hadir untuk mengisi kuliah umum di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK). Dengan tema posisi tawar  sumber daya manusia Indonesia dalam memasuki MEA.
Saat melemparkan sesi tanya jawab, Sekda Kudus Noor Yasin menanyakan satu pertanyaan mengenai kesiapan menghadapi MEA. “Yang saya ingin tanyakan, apa yang harus kita persiapakan menghadapi MEA?” tanya sekda.

Pertanyaan serupa juga dilemparkan Maharani Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UMK. Nasir menganggap kesiapan menghadapi MEA adalah dengan mempersiapkan diri dengan ketrampilan yang lebih baik. “Kita juga harus menjadi SDM yang berkualitas, caranya dengan memperbaiki kualitas SDM,” tuturnya.

Dijelaskannya MEA merupakan peluang bagi Indonesia,  dengan berintegrasinya pasar Asean menjadi satu, maka akses yang lebih luas dan lebih mudah untuk bekerja di negara-negara Asean, pekerja terdidik dan tersertifikasi dari Indonesia bebeas untuk memilih bekerja di negara anggota Asean, begitu pun sebaliknya. “Sehingga saaatnya mengubah ancaman jadi peluang. Kebijakan MEA sudah diberlakukan di awal tahun. Penduduk Asean jumlahnya 600 juta jiwa bebas untuk keluar masuk negara anggota Asean. Khususnya opada 8 bidang profesi yang sudah diatur dalam Mul Recognition Agreement (MRA) diantaranya  infrastruktur, arsitek, dokter, perawat hingga tenaga pariwisata,” tuturnya.

Melihat kondisi ini, jelas harus berlari mengejar ketertinggalan dengan pemerataan pembangunan ekonomi dan peningkatankualitas SDM serta meningkatkan taraf hidupnya. “ Melalui pelaksanaa MEA 2015, para pelaku usaha dalam negeri agar tidak terlalu khawatir yang berlebihan. Sebab, justru yang paling ditakuti negara lain itu Indonesia. Dengan jumlah penduduk 250 juta, itu artinya jumlah pelaku usaha di Indonesia juga paling banyak dibanding negara lain. Karena itu, begitu pasar Asean dibuka, maka potensi terbesar untuk ‘menyerbu’ adalah pengusaha dan tenaga kerja Indonesia,” jelasnya.

Indonesia akan banyak diuntungkan dengan dibukanya MEA 2015. Ia mencontohkan, tenaga kerja medis maupun profesional lain asal Indonesia yang sebelumnya kesulitan mencari kerja akhirnya bisa menyerbu negara lain seperti Singapura atau Malaysia.

Selain itu, M Nasir memaparkan strategi lain dalam menghadapi MEA 2015 adalah dengan melakukan inovasi dengan didukung riset kelembagaan dan sumber daya yang kuat. Dahulu pengembangan perguruan tinggi fokus pada pemerataan. Tahun ini kementerian berusaha mendorong mutu yang ditargetkan pada 2019 nanti ada 5 perguruan tinggi Indonesia yang masuk 5 besar kelas dunia.”Sebab saat ini sepuluh prguruan tinggi di Indonesia belum bisa menandingi satu perguruan tinggi di Malaysia atau Singapura,” tandasnya (Sindo Kudus).



Komentar

Lebih baru Lebih lama